Dari kecil, saya diajarkan Sholat Tarawih 20 rokaat plus witir 3 rokaat. Bacaan suratnya memakai surat-surat pendek. Dari surat At-Takasur sampai Al-Lahab.
Polanya, misalnya, rokaat pertama baca surat At-Takasur, rokaat kedua baca Al-Ikhlas.
Saat mendirikan sholat lagi, rokaat pertama membaca surat Al-Asr, rokaat kedua bacanya Al-ikhlas.
Surat Al-ikhlas dibaca disetiap rokaat kedua. Sedangkan rokaat pertama, ganti-ganti.
Jadi cukup menghafal 10 surat pendek, aman sudah untuk memimpin sholat Tarawih. Dengan tetep memperhatikan syarat sah jadi imam tentunya.
Kecepatan Sholat Tarawih juga biasa. Tidak lambat juga tidak terlalu cepat.
Pas kuliah, saya merasakan Sholat Tarawih 8 rokaat dengan bacaan surat yang panjang. Saat sholat, tenang gitu rasanya.
Pengalaman merasakan 2 suasana Sholat Tarawih dengan cara berbeda saya kira sudah cukup. Ternyata masih ada pengalaman lagi yang lebih amazing.
Suatu ketika saya menjalani puasa di rumah saudara. Pas waktunya tarawih, 2 keponakan perempuan saya Sholat Tarawih Berjamaah di rumah. Mereka berdua pendidikannya di tempuh di pesantren.
Saat itu saya tidak ikut Tarawih. Tapi duduk di dekat mereka sambil mengerjakan sesuatu.
Sholat Tarawih dimulai. Alfatihah dibaca seperti biasa. Tidak terlalu cepat. Setelah Alfatihah selesei, Sang Imam baca:
"Bismillahirrohmanirrohim. Khaammiimm.. Allahu Akbar"Â Terus ruku'.