Mohon tunggu...
Sofi Mahfudz
Sofi Mahfudz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Amatir

Suka Bisnis dan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Saat Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Boleh Tahu Tidak?

8 Mei 2020   22:56 Diperbarui: 8 Mei 2020   22:51 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Viral Yang Menginspirasi

Aamir Khan bersedekah tepung kepada warga miskin di Delhi. Kawasan yang terdampak parah wabah Corona di India.

Aksi Aamir Khan menuai banyak pujian. Dari seluruh penjuru dunia.

Isi bantuan dari Aamir Khan hanya 1 kg tepung saja.

Tapi...

'Tapi'-nya ada tiga.

Tapi pertama, bantuannya sebanyak 1 truk. Tapi kedua, dalam kemasan tepung seberat 1 kg itu terdapat uang yang jika dikonversikan ke mata uang kita sekitar 3 juta rupiah.

Tapi yang ketiga, ternyata Aamir Khan membantah berita yang sudah terlanjur viral itu. Dia merasa tidak melakukan sedekah itu. Menurutnya, bisa jadi berita bagi-bagi tepung itu hanya cerita karangan. Bisa jadi juga itu adalah aksi seorang dermawan yang tidak ingin diketahui namanya.

Terlepas itu benar atau tidak, di hari hari berikutnya, sedekah dengan model "Kemasan Biasa, Isi Luar Biasa" itu ditiru oleh banyak orang. Terutama oleh orang-orang yang punya pengaruh, Youtuber misalnya.

Perkecualian seorang oknum Youtuber yang nge-prank transpuan. Katanya kardus berisi makanan tapi ternyata sampah. Sudah lah ya. Itu tidak kita bahas.

Connecting Happiness

Seorang youtuber Indonesia, masih muda, subscriber-nya 11 juta lebih, membagikan kardus bekas mie instan berisi beras kepada orang-orang tidak mampu yang ditemuinya di jalan: pedagang kaki lima, pemungut barang bekas, petugas kebersihan. Setelah dibuka, ternyata kardus itu tidak hanya berisi beras saja, ada banyak uang 100 ribuan. Joss!  

Juga, seorang crazy rich yang tinggal di Surabaya. Beliau membagikan berkardus-kardus mie instan. Dibagikannya kardus-kardus itu kepada orang kurang mampu yang ditemuinya di jalan. Setelah kardus dibuka oleh para penerima, terkejutlah mereka. Karena didalam kardus berisi tumpukan mie itu, diselipin uang yang jumlahnya jutaan rupiah. Mantaap!

Saat melihat para penerima bantuan itu bersimpuh bahagia, saya juga ikut merasa bahagia. Bisa dibaca, beban hidup yang bergelayut di pundak mereka, seakan hilang seketika. Meski untuk sementara.

Itulah contoh nyata tentang connecting happiness. Bahwa aksi sedekah itu mampu menghubungkan kebahagiaan dari banyak pihak; pihak pemberi sedekah bahagia. Si penerima merasa bahagia. Kita yang jadi penontonnya juga ikut merasa bahagia. Semuanya merasa bahagia. Kebahagiaan yang terhubung satu sama lain.

Pamer Atau Tidak?

Ketika melihat tontonan bertema sedekah seperti itu, saya tidak membiarkan ada space di otak yang berisi pertanyaan-pertanyaan seperti: 'Ikhlas ga itu? Jangan-jangan pamer?'

Kenapa?

1. Perkara ikhlas atau tidak, itu urusannya dengan Tuhan. Tidak ada manusia yang bisa menilai hati seseorang.

Bahwa orang yang bersedekah dan kemudian mengumumkannya ke seluruh penjuru negeri tidak secara otomatis bisa divonis tidak ikhlas.

Yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi juga tidak pasti ikhlas dalam melakukannya.

Karena kita memang tidak bisa mengukur dalam dan luasnya hati manusia.

2.  Bagi saya, selama orang yang menerima manfaat dari sedekah yang diterimanya merasa bahagia, itu sudah cukup.

Kegiatan apapun, asalkan bisa memberikan manfaat untuk orang lain, bisa memancing senyum orang lain, bisa memghapus duka orang lain, semuanya harus didukung.

Dengan alasan ini, saya merasa aksi sedekah yang dipublikasikan, nggak apa-apa.

Allah menyukai sedekah yang disembunyikan. Tapi Allah juga tidak melarang sedekah yang ditampakkan. Dengan berbagai alasan baik yang melatarbelakanginya. Misalnya untuk memberi contoh kepada orang-orang untuk mengikutinya.

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:


"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 271)

Jadi?

Ya yang penting kita keluarkan sedekah. Baik sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Sambil terus belajar untuk ikhlas saat melakukannya. Gitu.

Sedekah a la Saya

Setiap orang punya preferensi yang berbeda terkait model bersedekah yang disukainya. No offense ya untuk gaya bersedekah orang lain.

Saya suka dengan model bersedekah yang saya ilustrasikan seperti berikut ini:

Ilustrasi 1

Lingkungan pertemanan saya rata-rata orangnya berjualan. Mulai dari produk fashion, aksesoris hingga aneka makanan.

Setiap buka status WA, akan didominasi oleh pemandangan status teman yang berjualan.

Dari sini, muncullah ide bersedekah. Ini hanya imaginer. Untuk menggambarkan model sedekah yang saya suka.

Langkah Pertama, saya posting status di WA untuk memancing respon dari teman-teman.

Kira-kira bunyinya seperti ini:

"Guys, yang jualan makanan, boleh chat me nggak? Produknya apa? Harganya juga. Yang utama kue-kue lebaran dan nasi-nasian. Luar kota nggak masalah. Tengkyu"

Kemudian, dari status itu, banyak chat yang masuk. Semuanya menawarkan makanan yang dijual.

Teman A

A = "Halo Sofi, Aku jualan nasi kotak. Tertarik mau pesen?"

Me = "Per porsi berapa untuk yang standar buat buka puasa?"

A = "17 ribu per kotak. Lengkap dengan minumannya"

Me = "Eem, bisa pesen 100 porsi ga? Sekalian minta tolong untuk dibagikan ke orang-orang yang di jalan?"

A = "Oh, bisa. Bagi-bagi buka puasa judulnya?"

Me= "Iyes. Mungkin bisa dibagi 2 sesi. Hari Jumat ini 50 kotak. Jumat Minggu depan 50 kotak. Kalau oke, ntar kutransfer uangnya"

A = "Siap"

Me= "Ok. Udah ditransfer. 1,7 juta. Makasih bantuannya, ya"

A = "Sama-sama. Aku juga terima kasih"  



***


Teman B

B = "Aku jualan donat frozen, Sof"

Me= "Per kotak berapa harganya?"

B = "22.000. Isi 10 pcs. Belum ongkir"

Me = "Aku rencana pesan 100 kotak. Nggak usah dikirim. Minta tolong aja dibagikan ke orang-orang yang sekiranya kurang mampu. Bisa tetangga atau orang yang sampeyan temui di jalan. Nggak harus langsung 100 kotak. Mungkin Jumat ini 50. Minggu berikutnya 50. Terserah ngaturnya gimana. Bisa, ga? Kalau OK ntar kutransfer"

B = "Siap"

Me = "Udah kutransfer 2,2 juta. Tengkyu bantuannya, ya"

B = "Aku juga tengkyu sampeyan sudah pesen banyak, hehe. Buat tambah amunisi lebaran, wkwk"


***


Teman C

Me = "Mas, Tokomu melayani paket sembako ga?"

C = "Bisa melayani"

Me = "Aku mau pesen beberapa paket. Tapi sekalian juga minta tolong untuk dibagikan ke kaum dhuafa. Bisa nggak Mas kira-kira?"

C= "Bisa banget"

Me= "Sip. Minta tolong prioritaskan Janda miskin di sekitar kampung aja. Jangan bilang dari aku, ya. Aku pesennya 50 paket. Isinya: Beras 5 kg, Mie instan 10, gula 2 kg, minyak goreng 2 liter, wafer Nissin kaleng 1 buah. Itu kalau ditotal berapa?"

C = "Total 144.500 per paketnya"

Me = "Ok. Berarti kalau pesen 50 paket plus biaya kirim ke para dhuafa itu,  berapa?"

C = "Ongkir nggak usah. Free. Nanti kusalurkan ke orang-orang di sekitar sini, ya. Nama-nama penerima e nanti kukasihkan sampean. Jadi, totalnya 144.500x50= 7.225.000"

Me = "Ok. Sudah kutransfer. Matur tengkyu, Mas"

C = "Yomaan. Aku juga matur suwun sanget"

Ilustrasi 2:

Teman D cerita kalau dia ingin buka usaha. Berjualan makanan. Dana yang ada masih 2,5 juta. Masih kurang 3 juta. Dia mau pinjam uang.

Me: "Aku siap ngasih untuk modal. Nggak usah dikembalikan ke aku. Ntar saja, kalau usahamu udah mapan dan ada yang perlu bantuan modal, minta tolong uang dari aku itu bisa diteruskan ke dia. Gimana?

D = "Waah. Suwun-suwun. InsyaAllah jika nanti ada yang membutuhkan dan aku sudah ada uangnya, akan kuteruskan ke dia"

Me = "Sip. Matur tengkyu, ya".

***

The End.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun