Mohon tunggu...
Sofi Mahfudz
Sofi Mahfudz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Amatir

Suka Bisnis dan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sampah Makanan Meningkat Saat Ramadan, Kalap Belanja Jadi Penyebabnya

2 Mei 2020   23:25 Diperbarui: 3 Mei 2020   00:16 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini ironis. Tapi fakta. 

Pada bulan Ramadhan 2019, sampah makanan di Jakarta meningkat hingga 211 ton! (kompas.com). 

Aneh kan? Bulan Ramadhan kan bulan berpuasa, ya. Saat waktu makan hanya dibatasi saat sahur dan buka saja. Tapi justru sampah makanannya malah meningkat. 

Kok bisa? 

Setelah ditelisik, lonjakan sampah makanan saat Ramadhan itu salah satunya dipicu oleh aksi kalap belanja. Belanja makanan tentunya. Entah yang masih mentah atau sudah matang. 

Misalnya, pesan banyak menu saat makan di restoran. Meski akhirnya juga banyak yang tidak dimakan. Bukan satu atau dua orang saja yang melakukannya. Tapi oleh banyak orang di banyak tempat makan 

Atas fenomena ini, Dr Bekim Hasani, seorang Imam Masjid di Australia mengatakan bahwa jika makna puasa tidak dipahami dengan baik, akan ada pergeseran makna puasa itu sendiri. Dari Fasting menjadi Feasting. Dari bulan puasa menjadi bulan (untuk) berpesta. 

Kalap Belanja Makanan

Menurut kamus daring KBBI, kalap diartikan sebagai lupa diri, gila, bingung. Ketiganya mengacu pada kondisi pikiran tidak sadar (unsconsicious mind). 

Jadi, kalap itu memiliki konotasi yang tidak baik. Baik kalap makan dan kalap belanja. Keduanya tindakan yang timbul hanya didorong oleh keinginan (desire) bukan diputuskan berdasarkan kebutuhan (need). 

Aksi kalap belanja makanan tidak hanya berdampak buruk pada keamanan keuangan pribadi, tapi juga bisa merugikan masyarakat banyak. 

Saat awal corona mewabah, di beberapa negara terjadi kalap belanja secara besar-besaran alias panic buying. Sampai terjadi penjarahan toko dan berakhir chaos. 

Di Indonesia, situasinya lebih adem. Karena begitu negara ditetapkan waspada corona, ada himbauan jangan melakukan panic buying. 

Aksi kalap belanja bahan makanan memang nggak perlu. Karena pemerintah sendiri menjamin stok bahan makanan aman. 

Bahkan, buktinya, beberapa hari berikutnya, harga beberapa komoditi di beberapa daerah trennya menurun. 

Jika saat ini ada yang terlanjur menimbun bahan makanan dalam jumlah besar, percayalah, sesungguhnya dia adalah orang yang merugi, hehe. 

Dampak Buruk Kalap Belanja

Lantas, mengapa aksi kalap belanja harus dihindari?  Setidaknya ada 2 alasan: 

1. Tindakan kalap belanja makanan bisa membahayakan kondisi keuangan. Apalagi jika sampai dari banyaknya makanan yang dibeli, banyak juga yang membusuk atau basi. Karena bahan makanan pasti ada batas kadaluarsanya. 

Selain mengancam eksistensi dompet, aksi kalap belanja juga bisa menimbulkan tindakan mubadzir. Padahal, tindakan mubadzir itu favoritnya setan. (Al-Isra': 26-27). 

Makanya, jika saat makan di warung, cafe, atau restoran, kita harus bisa mengendalikan diri. Pesan menu semampu perut menampung. Jangan pesan menu hanya karena mata tergoda. Karena jika pesan makanan berdasarkan penilaian mata "Ini enak, itu enak", kemungkinan besar makanan itu berakhir di tong sampah. 

2.  Setelah makanan berakhir di tempat sampah, dan bermuara di TPA, dampak buruk selanjutnya menanti. 

Bahwa sampah makanan yang menumpuk di TPA, pada akhirnya bisa meningkatkan produksi gas metana. Gas ini punya andil pada terjadinya pemanasan global. 

Adanya pemanasan global bisa berdampak pada krisis pangan. Begitu terus siklusnya. Jadi, jika sampai kita mengalami krisis pangan, salah satu sebabnya dari diri kita sendiri yang suka membuang makanan. 

Mencegah Kalap Belanja

Kemudian, bagaimana cara mengendalikan diri supaya tidak kalap belanja? 

1. Baca doa saat hendak ke pasar atau mall untuk membeli bahan makanan. Karena masuk pasar atau mall juga ada etikanya.  

"Tempat yang paling disukai Allah adalah masjid-masjidnya, sedangkan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya." 

2. Belanja sesuai dengan catatan yang dibawa.

Karena kalap belanja dipicu oleh pikiran yang tidak sadar, maka saat berbelanja, belanjalah sesuai dengan catatan saja. Siapkan dari rumah barang-batang yang harus di beli. Sehingga saat ada di mall atau pasar, pengendalian diri tetap terjaga. Agar tidak lapar mata. 

3. Makan sebelum bepergian 

Jargon 'Logistik Mempengatuhi Logika' ada benarnya juga. Saat belanja, cara otak mengeksekusi aneka tawaran di depan mata sungguh berbeda. 

Saat perut kenyang, meski tawaran dari banyak penjual begitu menggoda, kita lebih kalem menanggapinya. 

Beda saat perut keroncongan. Apapun makanan yang terlihat menarik, inginnya semua diborong. Meski tidak menjamin semua makanan habis dimakan. 

4. Kenali porsi kita

Jika kita hanya mampu menikmati seporsi bakmi ayam dan sepaket kecil salad buah. Maka kita tidak perlu pesan sepaket dimsum atau chicken wings. Khawatirnya malah nggak dimakan dengan alasan sudah kenyang. 

Beli satu porsi 35 ribu. Beli 3 porsi hanya 100 ribu. Lebih murah, ya? Iya. Tapi tidak selalu lebih hemat. Karena aslinya hanya sanggup menikmati 1-2 porsi saja. Manfaatkan promo jika kita memang membutuhkannya.

5. Berpikir Sebelum Membeli

Fenomena kalap belanja bisa dialami siapa saja. Sudah bukan hal aneh, sih. 

Seorang psikolog bernama April Lane Bonson pernah menyarankan agar kita saat tertarik dengan display makanan, kita beri jeda untuk diri sendiri. Bisa dengan melipir sebentar. Sambil berpikir; makanan ini saya perlukan tidak? Akan saya makan tidak, ya? 

Dari pemberian jeda, keputusan untuk membeli atau tidak, akan lebih bijaksana. 

6. Jangan pakai kartu kredit saat belanja. 

Dari hasil riset diketahui bahwa orang rela untuk mengeluarkan banyak uang elektronik daripada uang cash. 

Mengacu pada riset ini juga, banyak penerbit kartu kredit yang bekerja sama dengan perusahaan Food and Beverage (F&B) memberikan tawaran-tawaran menarik saat kita belanja makanan. Kemudahan yang menjebak ini yang membuat kita kalap belanja makanan.  

So, be wise!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun