Hal menarik lainnya jika Anda berkunjung kesana, Anda akan menemui instalasi payung. Deretan payung warna warni yang melayang di udara akan menambah semarak suasana. Ini mirip seperti yang ada di Otista Bandung. Hanya saja, di Malang kesannya lebih sejuk karena terhubung dengan pohon rindang
4. Mendororong terlibatnya komunitas masyarakat secara aktif
Untuk merenovasi alun-alun ini, dibutuhkan dana besar. Disini peran aktif komunitas masyarakat dibutuhkan. Akhirnya dengan menggunakan dana CSR-nya, BRI menggelontorkan dana sekitar 7 Miliar. Bisa dibilang, pembangunan alun-alun Malang ini berasal dari rakyat untuk rakyat. Dana CSR Bank BRI sendiri sejatinya dana yang berasal dari masyarakat juga.
Sebagai kompensasi, Bank BRI berhak mendisplay berbagai atribut yang berkaitan dengan perusahaannya. Di beberapa titik, kita akan menemukan identitas Bank BRI.
5. Merefleksikan nilai-nilai lokal dan budaya
Alun-alun Malang dibangun dengan konsep modern, futuristic dengan nuansa hijau. Menurut saya, poin yang kurang dalam renovasi alun alun ini adalah kurang kuatnya identitas Malang. Sebagai perbandingan kita tengok alun-alun Kota Batu. Yang terasa unik dan kental dengan ciri khas daerah Batu-nya adalah keberadaan bangunan berbentuk apel. Apel sendiri merupakan ikon Kota Batu. Orang dari luar Batu bisa merasakan eratnya identitas alun-alun Kota Batu dengan ciri khas Kota Batu itu sendiri.
Jadi, secara sederhana bisa dinilai bahwa Alun-Alun Kota Malang belum merefleksikan nilai-nilai local kota Malang secara kuat.
6. Memiliki sistem pemeliharaan yang baik
Ada sebuah kalimat bijak yang berbunyi: 'Yang sulit itu bukan membuatnya, tapi memeliharanya'. Ini juga berlaku untuk Alun-Alun Malang. Proses ganti wajah (face off) ini memang memakan biaya besar dengan waktu pengerjaan yang lama, sekitar 4 bulan dengan segala kesulitan dan kerumitan yang menyertainya.