Banyak perbedaan yang dirasakan ketika mengunjungi alun-alun versi lama dan versi paska menjalani face off. Saat ini, Alun-Alun Kota Malang terasa lebih hijau, lebih modern dengan desainnya yang futuristik. Juga lebih humanis dan terlihat bernyawa.
Inikah gambaran ideal alun-alun sebagai ruang publik?
Tentu, untuk menentukan ideal tidaknya bukan perkara mudah. Apalagi untuk menilai ruang publik seperti alun-alun yang akan terus berkembang mengikuti jaman. Tapi, setidaknya dengan kondisi Alun-Alun Malang pasca direnovasi, kita bisa menganalisis ideal tidaknya terkait hubungannya dengan kebutuhan warga.
Untuk keperluan ini, saya memakai rujukan dari American Planning Association (APA). Setidaknya ada hal yang menjadi tolak ukur ruang publik disebut ideal atau tidak
1. Memfasilitasi terjadinya interaksi manusia dan kegiatan sosial lainnya
Hidup di kota yang padat penduduknya dengan rutinitas sehari-hari yang tergolong sibuk membuat warga Kota Malang rawan stress. Untuk mencegah ini, diperlukan media yang bisa meminimalisir potensi itu. Pergi piknik adalah salah satunya.
Sayangnya, tidak semua warga memiliki waktu dan kemampuan yang cukup untuk pergi piknik ke tempat-tempat mahal nan jauh. Solusinya adalah dengan mengunjungi tempat-tempat terdekat yang –kalau bisa- gratis. Alun-Alun Malang salah satu solusinya.
Kini, Alun-Alun Malang siap mengakomodir kebutuhan itu. Tersedianya space yang luas dengan hamparan rumput tebal dibawah pohon yang rindang sudah bisa menjadi tempat yang nyaman bagi warga untuk berintekasi dengan kerabat atau teman-temannya.
Selain itu, banyak tersedia space-space untuk permainan. Misalnya playground untuk anak-anak.
Juga ada space untuk menyalurkan hobi bermain skateboard bareng komunitas.