Hikayat merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisikan mengenai suatu dongeng ataupun cerita yang seringkali menggunakan bahasa Melayu. Tidak berbeda jauh dengan hikayat, cerpen juga merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisikan mengenai suatu cerita. Kedua karya sastra tersebut memiliki unsur intrinsik yang sama, yaitu : tema, alur, latar, penokohan, gaya bahasa dan amanat.
Saat ini, saya akan menganalisis perbedaan unsur intrinsik antara hikayat dan cerpen. Saya akan membandingkan hikayat “Perkara si Bungkuk dan si Panjang” (sumber : https://sastraindonesiaku.wordpress.com/hikayat-perkara-si-bungkuk-dan-si-panjang/ ) dan cerpen yang berjdul “Kesetiaanku dibalas dengan Pengkhianatan” (sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-sedih/kesetiaanku-di-balas-dengan-pengkhianatan.html ) . Kedua karya sastra tersebut memiliki tema yang sama, yaitu kasih sayang dan pengkhianatan dalam cinta. Dalam hikayat “Perkara si Bungkuk dan si Panjang” , terlihat sebuah pengkhianatan oleh sang istri kepada sang suami dan akhirnya sampai kepada pengadilan yang dilakukan oleh seorang tokoh bernama Masyuhudulhakk. Konflik tersebut berakhir dengan kesadaran sang istri dan kembali kepada sang suami yang masih tetap setia kepadanya. Namun, pada cerpen “Kesetiaanku dibalas dengan Pengkhianatan” terlihat jelas sebuah pengkhianatan oleh sang lelaki kepada pacarnya dengan cara berselingkuh dan konflik tersebut diakhiri dengan pemutusan dari hubungan tersebut.
Dalam segi alur, hikayat dan cerpen tersebut memiliki alur yang berbeda. Hikayat tersebut memiliki alur maju, sedangkan pada cerpen tersebut memiliki alur flashback (maju mundur). Cerita dalam hikayat tersebut menceritakan kejadian yang terjadi dari awal hingga pada akhirnya, tanpa menceritakan ulang kejadian yang sudah terjadi sebelumnya. Namun,pada cerpen tersebut menceritakan kejadian yang terjadi dengan cara menceritakan ulang juga apa yang sudah terjadi sebelumnya. Sehingga dapat dilihat perbedaan alur di dalam kedua karya sastra yang dikutip tersebut.
Terdapat beberapa tokoh yang terdapat di dalam hikayat tersebut, yaitu Istri, Suami (si Bungkuk), Bedawi (si Panjang) dan Masyuhudulhakk. Penokohan dalam hikayat terlihat jelas bagaimana sifat dan bentuk fisiknya. Di dalam hikayat tersebut, sifat tokoh dapat terlihat dari semua tingkah laku yang dilakukan oleh tokoh dan bentuk fisik dari tokoh tersebut digambarkan langsung oleh penulis namun tidak terlalu rinci. Setelah membaca hikayat tersebut, didapati bahwa sifat Istri pada hikayat tersebut adalah mudah tergoda dan tidak bisa setia. Lalu, sifat Suami terlihat bahwa ia merupakan seorang lelaki yang sangat setia kepada pasangannya. Sedangkan, sifat Bedawi dalam hikayat tersebut ialah penggoda dan penipu. Ia mampu menggoda sang Istri sehingga ia bisa meninggalkan suaminya sendiri.
Berbeda dengan Bedawi, Masyuhudulhakk memiliki sifat yang bijaksana, itu dapat terlihat jelas ketika penulis menjelaskannya secara langsung. Pada cerpen “Kesetiaanku dibalas dengan Pengkhianatan” , tidak terlalu banyak tokoh yang terlibat di dalam cerpen tersebut, yaitu hanya Nita, Andy, dan juga teman-teman Nita. Karakter dari tokoh tersebut dapat terlihat dari tingkah laku dan cara berpikir tokoh-tokoh tersebut. Terlihat bahwa Nita memiliki sifat yang tidak mudah terpikat dengan orang yang belum dikenalnya, namun Andy memiliki sifat yang tidak bisa setia kepada pasangannya. Jadi, di kedua karya sastra tersebut terdapat sedikit perbedaan. Pada hikayat, bentuk fisik tokoh dapat terbayangkan dengan jelas. Namun pada cerpen tersebut, bentuk fisik dari tokoh tidak dijelaskan, dan hanya sifatnya sajalah yang terlihat dengan jelas.
Hikayat tersebut memiliki latar tempat di tepi sebuah sungai, di sungai, dan juga di sebuah dusun. Latar waktu dari cerita tersebut tidak diketahui karena tidak digambarkan oleh penulis, namun latar suasana dapat terlihat dengan jelas, yaitu memiliki latar suasna yang membingungkan. Itu terlihat ketika sepasang suami istri ini sulit untuk menyebrangi sungai tersebut dan ketika mereka tiba di hadapan Masyuhudulhakk. Selain membingungkan, tergambarkan juga bahwa suasana di hikayat tersebut ialah mengecewakan, terlihat jelas ketika Suami mengetahui bahwa istrinya mengkhianatinya. Lalu pada cerpen tersebut, memiliki latar tempat, waktu, dan suasana yang dapat terlihat cukup jelas.
Latar tempat dari cerpen tersebut ialah di sebuah kampus dan kamar. Cerpen tersebut memiliki latar waktu yang bebeda-beda, yaitu malam, pagi dan 2 minggu. Selain itu, cerpen tersebut memiliki juga latar suasana yang membingungkan, mengecewakan, dan juga menyenangkan. Hikayat dan cerpen tersebut memiliki latar suasana yang sama,yaitu mengecewakan. Keduanya terlihat karena adanya pengkhianatan di dalam sebuah hubungan kasih sayang yang ada.
Gaya bahasa yang digunakan di dalam kedua karya sastra tersebut sangatlah berbeda. Gaya bahasa yang ada digunakan di hikayat sangatlah sulit untuk dimengerti, karena cenderung menggunakan beberapa bahasa Melayu. Namun pada cerpen, gaya bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti, namun tidak terlalu baku karena cerpen tersebut menceritakan mengenai kehidupan anak remaja yang cenderung berbicara dengan bahasa lo dan gue. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan oleh hikayat cenderung menggunakan bahasa Melayu yang sulit dimengerti, sedangkan cerpen tersebut menggunakan bahasa yang mudah dicerna sehingga tidak perlu dibaca berulang-ulang untuk dapat mengerti maksud dari cerita yang ada.
Dapat terlihat jelas bahwa kedua karya sastra tersebut memiliki konflik yang sama, yaitu pengkhianatan di dalam sebuah hubungan percintaan. Maka dari itu, didapati bahwa amanat dari kedua karya sastra tersebut sama, yaitu janganlah mudah tergoda oleh apapun juga dan tetap setia kepada pasangan masing-masing bagaimanapun keadaan mereka.
Itulah analisa yang dapat dibuat antara perbedaan unsur intrinsik dari hikayat dan cerpen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H