Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam bahasa. Â Jumlah seluruh bahasa daerah di seluruh Indonesia yang tercatat dalam data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019 sebanyak 718 bahasa. Beruntungnya, selain memiliki bahasa yang berbeda-beda di tiap daerahnya, Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Setiap daerah tentunya memiliki dialek bahasa masing-masing. Dialek merupakan variasi bahasa yang melingkupi suatu kelompok penutur. Dialek atau variasi dialektal ini dapat didefinisikan sebagai variasi bahasa berdasarkan pemakainya, dengan kata lain dialek merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh pemakainya yang tergantung pada siapa pemakainya, darimana pemakainya berasal (Dewi dkk, 2017). Sebagai contoh adalah bahasa Sunda yang umumnya dituturkan oleh masyarakat Jawa bagian barat. Nama-nama dialek yang ada pada bahasa Sunda diantaranya dialek Sunda Baduy, Sunda Banten, Sunda Banyumas, Sunda Ciamis, Sunda Majalengka, Sunda Bogor, Sunda Pantai Utara, Sunda Brebes, Sunda Cirebon, dan Sunda Priangan.
Lalu apa itu dialektologi? Dialektologi merupakan cabang ilmu linguistik yang secara sistematis menangani berbagai kajian berkenaan dengan distribusi dialek atau variasi bahasa dengan memperhatikan faktor geografi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Singkatnya, dialektologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji dialek atau variasi bahasa dalam suatu kelompok tutur. Faktor penyebab keragaman dialek apabila dilihat dari unsur bahasa diantaranya adalah anasir kosakata (perbendaharaan kosakata), struktur kata, bunyi, dan pola kalimat, serta cara pelafalan kata. Sedangkan faktor penyebab keragaman dialek dari unsur nonbahasa diantaranya keadaan alam, batas alam, batas politik, ekonomi, dan cara hidup.
Dalam penelitian dialektologi diperlukan informan untuk menjadi pembahan penelitian. Sebelum penelitian dimulai, peneliti harus menentukan titik pengamatan suatu wilayah (RT/RW, desa, kecamatan, atau kabupaten) minimal tiga titik agar hasil penelitian dapat terlihat secara jelas. Peneliti harus menyiapkan daftar tanyaan berupa gloss atau kosakata yang akan ditanyakan kepada informan. Hasil wawancara dengan informan berupa berian. Berian ini dianalisis hingga ditemukan perbedaan dan persamaan berian antar titik pengamatan.
Apabila penelitian dilakukan dengan teknik lapangan atau datang ke tempat informan dan bertatap muka secara langsung, nilai lebihnya kita dapat bersosialisasi secara langsung dengan informan dan masyarakat asli di daerah titik pengamatan yang ditentukan. Kita dapat melihat bagaimana cara berbicara, cara berekspresi, cara berkomunikasi mereka dengan baik dan jelas. Hal ini menjadi nilai tambah ketika sedang melakukan pengumpulan data penelitian.
Secara tidak langsung, selain dilakukan karena kepentingan akademik penelitian dialektologi merupakan realisasi dari nilai cinta pada budaya dan bahasa daerah. Selain itu pula, melalui penelitian ini kita dapat melestarikan bahasa daerah dan merupakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan makhluk hidup yang beraneka ragam agar dapat saling menghargai.
Referensi:
Dewi, Fitria., Wahyu Widayati, dkk. 2017. Kajian Dialektologi Bahasa Madura Dialek Bangkalan. Jurnal Ilmiah FONEMA, Vol 4 No. 2
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H