Mohon tunggu...
SofialWidad
SofialWidad Mohon Tunggu... Penulis - Latahzan innalloha ma'ana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin Instagram : _sofialwidad

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

What Should I Do at 24 Years Old?

9 September 2021   10:16 Diperbarui: 9 September 2021   10:25 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa yang akan saya lakukan di umur 24 tahun?" Banyak hal yang menjadi pertimbangan di usia 24 tahun. Dari mencari pekerjaan yang jelas dan tetap serta menjanjikan, ada yang memutuskan menikah di umur 24 tahun, ada yang masih sibuk menempuh pendidikan yang tinggi. Mereka semua memilki pemikiran, pilihan dan pertimbangan yang berbeda-beda dalam hidupnya. Terus apa salahnya? Semuanya sangat normal karena waktu setiap orang berlalu dengan caranya sendiri-sendiri.

Secara personal. Aku merasa risih dengan penilaian orang yang menganggap umur 20-an adalah umur yang harus punya segalanya, harus menikah, harus punya pekerjaan yang mapan dengan gaji yang tinggi, harus ini itulah dan bla.bla.... sepertinya harus diluruskan. Karena setiap orang memilki kwalitas waktu yang berbeda-beda tidak semuanya bisa disamakan. Memang ada yang sukses di umur 20-an, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa orang-orang hebat dunia tidak cemerlang di umur 20-an ada yang memulai karirnya di atas umur 30-an dan itu tidak menjadi masalah untuk menjadi orang yang sukses dan berkualitas.

Banyak hal harus dilakukan orang diumur 20-an khusunya yang baru menginjak umur 24 tahun yang rasanya makin hari-makin banyak tekanan dari para orang yang sok tahu dan mengerti tentang kondisi mental dan fisikmu sendiri. Sepertihalnya:

  • Menjadi egois. Egois dalam artian melakukan segala hal untuk perkembangan diri sendiri, lakukan segala hal untuk mencapai impian yang kamu miliki selama ini, sebelum ada banyak tanggung jawab keluarga yang nantinya akan kamu dapati.
  • Menemukan passion. Menemukan bakat atau keahlianmu adalah yang terpenting dalam mencapai kesusesanmu, dan lakukanlah yang terbaik serta jadikan dirimu yang terhebat dalam bidah itu.
  • Lakukan travelling. Yang satu ini adalah hal yang sangat menyenangkan, bepergian yang jauh adalah hal yang menyenangkan selain memperbaharui suasana yang sebelumnya menjenuhkan dan membosankan bisa juga dengan cara ini kita bisa dapat menemukan motivasi dan pembelajaran yang baru untuk mengembangkan ide atau pemikiran yang kreatif.
  • Bersifatlah bodo amat. Menjadi tidak peduli bukan berarti kalian jahat, yang diamaksudkan disini ketidak pedulian tentang penilaian orang lain terhadapmu. Terserah mereka mau bagaimanapun dalam menilaimu atau membicarakanmu karena kita sendiri tidak bisa memberhentikan atau melarang mereka yang selalu ikut campur. Yang bisa kita lakukan adalah membuktikan bahwa kita bisa lebih baik dari apa yang mereka nilaikan untuk diri kita sendiri. Yang terpenting jaga dirimu sendiri agar tetap baik-baik saja.

Dari beberapa diatas tadi. itu hanyalah cara yang aku coba dan memiliki dampat positif terutama untuk diri kita sendiri. Kembali lagi setiap orang memiliki cara dan pemikiran yang berbeda-beda dalam melawati dan menikmati waktunya. Jadi semoga bermanfaat ya..

Waktu umur 16 tahun saya memilki planning jika akan menikah di umur 21 tahun. Tidak ada gambaran, tidak ada sebuah rencana yang detail hanya asal sebut rencana kedepan saja.

Waktu umur 18 tahun saya mengubah planning akan menikah umur 23 tahun. Alasannya karena ingin kuliah/kerja dulu, sepertinya 5 tahun cukup. Tetapi ekspektasi tidaklah selalu singkron dengan realita.

Umur 21 tahun saya baru belajar mengendalikan emosi dan berpikiran dewasa. Tetapi itu masih susah dilakukan. Bahkan saya sendiri tidak menyangka bahwa diumur 21 tahun sudah dianggap mampu untuk melakukan apapun dengan mandiri dengan tanggung jawab yang besar. Dan saya masih menangisi hal-hal yang kecil. Hah...

Umur 22 tahun saya baru benar-benar belajar mengendalikan emosi, belajar bersabar, dan belajar berpikiran dewasa, belajar tidak menangisi hal-hal kecil. Tidak lagi mencari perhatian atau berharap diperhatikan. Sedikit menerima bahwa kehidupan orang dewasa keras dan menakutkan.

Umur 23 tahun saya merasa tidak lagi pernah menangis saya juga tidak tahu kemana perginya air mata itu, tidak tahu kemana perginya perasaan sensitif itu. Dan baru belajar tetang banyak perspektif dan segi kehidupan. Selama ini saya tampaknya living in the bubbles. Terkungkung dalam penilaian orang, berusaha sabaik mungkin agar semua orang baik-baik saja. Bahkan saya tidak menyadari yang tidak baik-baik saja adalah diri sendiri. Tetapi hal yang seperti itu harus dihilangkan. Peduli secukupnya itu lebih baik. Egois untuk diri sendiri sepertinya diperlukan.

Umur 24 tahun ini saya berusaha belajar ketiganya! Untuk menjadi realistis tanpa melepaskan idealisme. Untuk belajar lebih down to earth sambil tetap melihat ke langit dengan menghela nafas panjang, umur 24 tahun saya menyadari saya benar-benar mencintai kehidupan saya apa adanya. Walau tidak seperti kehidupan orang-orang yang jauh lebih hebat dan berwarna.

Saya sekarang tahu kenapa saya tidak menikah di umur 21,22,23 dan 24 tahun seperti rencana yang saya buat sebelumnya. Karena di vase itu saya belum selesai dengan diri saya sendiri, belum kenal seutuhnya. Belum tahu apa yang saya cari. Belum mencintai kehidupan saya. Belum tenang dengan emosi saya yang berombang ambing kanan kiri. 

Saya bahkan sangat bersyukur tidak jadi menikah saat diri saya masih selabil itu. Coba bayangkan menyeret orang lain masuk dalam pencarian jati diri saya? Repot. Apalagi bila melibatkan anak yang terlanjur lahir. Ujung-ujungnya perpisahan yang menjadi solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan dalam keluarga dan seorang anak yang akan menjadi korbannya.

Jadi saya rasa kalau di umur 24 tahun ini belum siap menikah itu adalah hal wajar. Perjalanan mempersiapkan diri adalah perjalanan spiritual yang sifatnya masing-masing ada yang sudah cukup dengan dirinya di umur 19 tahun, siap dan memutuskan menikah. Ada juga yang asalanya belum merasa cukup tetapi memilih menyiapkan diri bebarengan dengan pasangannya sambil menikah. Tidak ada yang salah, timing tiap orang berbeda-beda.

Memang dunia orang dewasa sangat rumit dan menakutkan. Bagaikan membenarkan banyak benang-benang kusut dalam sekali waktu. Membingungkan dan bikin pusing. Memikirkan hal itu saya harus menghabiskan banyak waktu dan pertimbangan yang serius, karena sebuah pernikahan adalah hal yang sangat penting satu kali dalam hidup. Dan saya mengesampingkan hal itu dulu karena waktu ini, saat ini adalah masa dimana berusaha keluar dari bergantung pada orang lain termasuk kedua orang tua, berusaha hidup untuk mandiri.

Umur 24 tahun adalah gelombang yang membingungkan. Vase yang terasa menyesakkan dada dan ingin cepat-cepat menyelesaikan vase ini dengan jalan keluar yang baik. Keputusan yang tepat dan impian yang sampai.

                                                                  

(sofialwidad.090921.Bondowoso)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun