Sendiri, mencoba tegak dan kuat berdiri untuk melangkah  walaupun  beserta orang -- orang terdekat. Tapi, kenyataannya mereka sebab rapuh yang paling ampuh dalam hidup. Kadang mendukung  kadang tanpa sadar ucapan dan perlakuan yang mereka lontarkan dan berikan berasa menyakitkan dan membunuh.
Aku perempuan yang mencoba melangkah  dalam keterbatasan. Lahirku entah diharapkan atau menjadi susah.untuk setiap orang? (seringkali ku tanyakan pada diri), yang kurasa adalah tekanan. Aku ingin enyah, ingin menjauh, ingin hilang. Asal tak bersama kepalsuan.
Yang mereka lakukan hanya bertanya dan memberikan pendapat. Untukku saat ini pendapat tak dibutuhkan, kalimat Tanya sebentar... saja tak ingin kudengar. Ya, aku bertahan karena bakti. Mungkin terkesan egois tapi inilah yang kurasakan. Tak bisa kalian hakimi, inilah sudut pandangku yang hampir menjadi seseorang yang gagal.
Menjadi yang selalu dibedakan dengan orang yang aku anggap menyenangkan itu berasa ditikam terang -- terangan tanpa ampun. Aku melalui banyak hal.perbedaan yang membuatku bingung apakah lahirku diinginkan atau hanya menjadi beban? Â Masa kecilku yang jauh dari mereka. Aku kecil tak sehangat dan sesayang yang adik -- adikku terima aku tak semanja mereka. Bahkan dalam memoriku tak satupun ada momen berlibur bersama mereka. Iya, hanya aku dan mereka.
Aku tak ingin banyak menghakimi hanya saja hal kecil seperti ini yang membuatku tak ingin peduli. Yang kupilih hanyalah diam. Tetap, semua karena bakti. Aku tak ingin lupa banhwa "jika aku kehilangan segala hal aku masih punya Allah" yang setiap saat perhatian terhadapku, memberi kasih sayang yang mungkin tak sepenuhnya kudapat dari mereka. Dia yang tak akan bertanya perihal kegagalanku, dan Dia yang takkan menghakimi setiap keputusan dalam hidupku.
Sudut pandangku berkata demikian. "tetap dengarkan"
Ku dengar
Ku renungkan
Ku ingat
Betapa terpuruknya hari itu
Semua bicara mengikat langkah