Peradaban dalam Filsafat Sejarah Malik Bennabi
Malik Bennabi merupakan salah seorang cendikiawan muslim produktif abad ke-20 yang telah berhasil menelurkan 18 tulisan dalam bahasa Arab dan Prancis khususnya mengenai peradaban. Beliau merupakan seorang berkebangsaan Aljazair dan hidup dalam lingkungan muslim yang taat. Maka tak heran beliau menjadi pengkritik orientalis bahkan sebelum Edward Said.
Bennabi hidup pada masa Aljazair ada dalam penjajahan Prancis. Tak heran Bennabi kecil belajar dalam dua bahasa pengantar sekaligus, yaitu bahasa Arab dan Prancis. Bennabi menyukai syair Arab Klasik dan Modern. Dalam hal karier, Bennabi menggeluti banyak bidang dalam waktu yang berbeda-beda. Dimulai dari asisten angggota pengadilan, belajar engineering sampai terlibat dalam aksi-aksi politik mahasiswa. Beliau juga sempat menjadi direktur di Kementrian Pendidikan Nasional Aljazair sebelum akhirnya dipecat dan kembali menjadi akademisi.
Teori Siklus dan Pembentuk Peradaban Bennabi
Menurut Bennabi, peradaban merupakan produk unsur-unsur dinamis, integral dan kongkret. Ia bukan hanya sekedar hasil dari perkembangan politik, ekonomi serta teknologi saja. Â menekankan moral dalam pertumbuhan peradaban, sebaliknya penurunan moral akan menyebabkan kemunduran peradaban.
Bennabi beranggapan bahwa peradaban itu harus melalui tiga tahapan yaitu, kelahiran, puncak dan keruntuhan. Teori siklusnya ini banyak dipengaruhi oleh Ibnu Khaldun. Bedanya, dalam memaknai faktor pembentuk peradaban. Jika Ibnu Khaldun menyatakan bahwa peradaban diawali dengan ashobiyyah, maka Malik Bennabi berpendapat bahwa agama lah yang menjadi faktor pembentuk peradaban. Selanjutnya Bennabi mengatakan bahwa peradaban memiliki tiga unsur penting yaitu manusia, tanah dan waktu.
Kita tahu bahwa banyak peradaban yang pernah hadir di dunia ini. Semuanya mengalami pasang surut masing-masing. Mulai dari peradaban-peradaban kuno, seperti Mesir, Mesopotamia, Peradaban Lembah Indus, dan lain sebagainya. Kemudian peradaban antara Timur dan Barat, hingga akhirnya peradaban-peradaban yang dibentuk dari kolonnialisme dan imperialisme serta sampai pada saat ini peradaban modern. Tak terkecuali peradaban Islam yang memiliki periodisasinya masing-masing.
Salah satu dari peradaban besar Islam itu adalah Dinasti Shafawiyyah. Pernah berjaya dan menjadi bagian dari tiga imperium besar Islam, Dinasti Syafawiyah ini lahir pada tahun 1501 M yang diawali dari tarekat Shafawiyyah yang berkembang menjadi sebuah kekhalifahan. Maka sejalan dengan teori Bennabi, dalam peristiwa ini agama menjadi katalisator peradaban. Â
Kemudian mengalami masa puncak pada pemerintahan Abbas I yang ditandai dengan perluasan wilayah dan kestabilan ekonomi. Bahkan dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan pun berkembang pesat. Sejalan dengan pendapat Bennabi, peradaban maju karena bagusnya moral, Abbas I dikenal sebagai pemimpin yang memiliki akhlak yang bagus. Terbukti dari kebijakan-kebijakan yang beliau ambil selama masa kepemimpinannya. Salah satu yang menunjukkan ketinggian moral beliau adalah adanya kebijakan menghilangkan cacian terhadap khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Usman bin Affan yang sebelumnya dikenal luas dalam tradisi beberapa aliran Syiah.
Sesuai dengan teori Bennabi, setelah mengalami masa puncak, sebuah peradaban kemudian mengalami masa keruntuhan. Begitupun dinasti Shafawiyyah yang mengalami keruntuhan sepeninggal Abbas I. Salah satu faktor yang mempengaruhi keruntuhan Dinasti Shafawiyyah adalah degradasi moral para pemimpinnya.
Selanjutnya dalam syarat sebuah peradaban, Bennabi menitik beratkan pada tiga unsur yaitu manusia, tanah dan waktu. Titiik sentral dari ketiga unsur tersebut adalah manusia. Karena peradaban terbentuk atas interaksi antara manusia dengan tanah dan waktu serta kreativitas manusia sebagai penghuninya. Dalam hal ini, tanah yang dimaksud adalah Iran sebagai pusat dari Dinasti Shafawiyyah. Waktunya diawali dari tahun 1501 M sampai 1736 M. Sedangkan, unsur peradaban yang menjadi titik pentingnya adalah manusia itu sendiri yang mana dalam hal ini tidak lain para pemimpin dan masyarakat Dinasti Shafawiiyah itu sendiri.