Mohon tunggu...
Sofiatrith
Sofiatrith Mohon Tunggu... Psikolog - -----

-----

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tumpang Tindih Istilah Stres, Ketakutan dan Kecemasan

10 Oktober 2014   13:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumpang Tindih Istilah Stres, Ketakutan dan Kecemasan

Dalam psikologi sangat banyak istilah-istilah yang memiliki makna yang dirasa sama dan susah dibedakan bahkan saling tumpang tindih, yang sebenarnya para ahli psikologi sudah membedakannya, hanya saja masyarakat yang salah dalam memahami karena memang istilah-istilah tersebut bila dirasakan dan dipikirkan akan susah untuk dibedakan dan dikategorikan.

Peristiwa tersebut juga terjadi pada perkuliahan saya, yaitu mata kuliah psikologi abnormal yang pada saat itu membahas tentang kecemasan. Dan pemicunya karena timbul sebuah pertanyaan dari audien kepada presentator, yang pertanyaannya "sebenarnya lebih dulu mana antara stress, kecemasan dan ketakutan itu?". Nah, dari pertanyaan itu ada banyak sekali pemikiran-pemikiran yang diungkapkan baik dari presentator ataupun tanggapan dari audien. Ada audiens yang mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut, audien tersebut menjawab, sebenarnya gini, kalau ditanya urut-urutannya antara siapa yang duluan, sekarang kita lihat lagi dari definisinya. Kecemasan itu sendiri adalah alarm tanda bahaya, dan stres itu adalah suatu keadaan yang individu itu tidak dapat mengatasi masalah atau ketidakseimbangan antara kemampuan individu dengan beban yang diterima. Nah kalau gitukan sudah jelas bahwa yang pertama adalah kita merasa takut akan sesuatu yang lebih itu akan menjadi alarm tanda bahaya bagi diri kita yang itu sudah menjadi sebuah kecemasan, dan ketika kecemasan itu semakin menjadi yang mengakibatkan individu itu tidak bisa mengatasinya itu akan menjadi sebuah stres. Jadi singkatnya begini, stress itukan bukan ujuk-ujuk langsung stres, tapi ada pemicu atau penyebab individu itu akan mengalami stres, jadi rasa takut disini ini menjadi sebuah stressor yaitu penyebab stress tadi, dan tubuh merasakan itu sebagai alarm tanda bahaya yang akhirnya menjadi cemas, karena individu itu merasa tidak mampu mengatasinya, akhirnya menjadi stress. Yaa jadi itu". Penjelasan audien ini sejalan dengan pemikiran saya, dan juga analoginya itu masuk akal. Namun setelah tanggapan semakin banyak, kebingungan juga menjadi bertambah, di sini dosen saya mencoba menjelaskan pembenarannya atau meluruskannya.

Kalau dilihat antara stress, ketakutan dan kecemasan ini berbeda, jadi tidak bisa disamakan, memang kalau dirasakan ketiganya ini seperti tumpang tindih, bingung mana yang lebih dulu dan lain sebagainya. Jadi stres dan ketakutan itu terjadi sekarang ketika dirasakan ketika masalah datang, stress dengan stressornya sebagai penyebabnya sehingga menjadi stress sedangkan ketakutan itu berupa ketakutan pada obyek tampak dan kita masih bisa memprediksi dapat melewati rasa takut ini atau tidak dan kecemasan itu tentang masa depan, seperti misalnya individu yang cemas apakah ia dapat mengerjakan soal ujian akhir semester atau tidak dan individu iu tidak bisa memprediksi apakah individu tersebut bisa mengatasinya atau tidak. Begitu menurut penjelasan dari dosen saya.

Kalau menurut buku psikologi abnormal karya Halgin dan Whitbourne, ketakutan mengacu pada faktor bawaan, secara biologis hampir didasarkan pada respons kewaspadaan terhadap situasi yang membahayakan atau mengancam kehidupan, dan kecemasan lebih berorientasi masa depan dan bersifat umum seperti ketika individu merasakan ketegangan dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali tentang kemungkinan akan terjadi sesuatu yang buruk. Menurut Markam & Suprapti stres adalah suatu keadaan di mana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu. Jadi memang ketiga istilah tersebut berbeda dan juga terlihat saling tumpang tindih walau sebenarnya tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun