Kota Tarim Hadramaut Yaman, adalah sebuah kota yang sejak lama dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan Islam. Di Kota ini para ulama' besar dari berbagai penjuru dunia dilahirkan, serta di dalam kota ini pula yang menjadi tempat tinggal para Alawiyyin dan Ba'alawi (keturunan Rasulullah SAW), sehingga dijuluki kota 1000 Wali. Banyak Ulama' besar yang karyanya masih relevan dan mendunia hingga kini.Â
Kota Tarim adalah laksana kota yang dipenuhi beribu cahaya ilmu dan keberkahan di dalamnya, karena di setiap jalan dan lorong kota tarim kita akan dipertemukan dengan banyaknya buih-buih cahaya ilmu dan nasehat-nasehat kebaikan yang tidak akan pernah kita dapat dari manapun.
Perempuan dalam menuntut ilmu seringkali menghadapi berbagai hambatan yang berkaitan dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Banyaknya budaya, perempuan dianggap memiliki peran yang lebih terbatas dibandingkan laki-laki, khususnya dalam hal pendidikan.
Dalam konteks sejarah, peranan perempuan dalam menuntut ilmu seringkali dibatasi oleh norma-norma sosial yang berlaku. Norma sosial yang menempatkan perempuan dalam ranah domestik atau mengutamakan tanggung jawab rumah tangga seringkali membatasi akses mereka ke pendidikan yang setara. Hal ini menyebabkan kesenjangan gender dalam dunia pendidikan, di mana perempuan seringkali dipandang kurang penting untuk mengejar pendidikan tinggi atau karier profesional.
Saudari Nafisah seorang mahasiswi muda dari Indonesia, sedang berdiskusi dengan Ustadzah Aisyah, seorang ulama' perempuan di salah satu pesantren di Tarim.
Nafisah: "Ustadzah, saya sangat terinspirasi oleh kisah para ulama perempuan di masa lalu. Namun, mengapa dalam masyarakat kita, masih banyak perempuan yang kesulitan untuk melanjutkan pendidikan terutama setelah menikah, bukankah kita sebagai umat Rasulullah dianjurkan untuk mencari ilmu mulai dari dalam kandungan hingga saat masuk ke liang lahat?"Â
Ustadzah Aisyah tersenyum: "Pertanyaan yang sangat bagus, Nafisah. Memang benar Rasulullah sangat menganjurkan kita untuk menuntut ilmu karena semuanya membutuhkan ilmu, bagaimana mungkin kehidupan dijalankan tanpa sebuah ilmu bukan? Maka dari itu Rasulullah sangat menekankan kita untuk menuntut ilmu. Dalam sejarah Islam memang banyak perempuan yang menjadi ulama besar Namun, kita juga harus melihat konteks sosialnya pada masa itu. Saat ini, kondisi masyarakat telah berubah. Perempuan memiliki hak yang sama untuk menuntut ilmu. Tapi, kita juga perlu memahami bahwa ilmu yang kita peroleh harus bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat."
Nafisah: "Iya ustadzah, saya setuju. Tapi, tidak jarang perempuan dihadapkan pada pilihan sulit antara karier dan keluarga. Bagaimana cara agar kita bisa menyeimbangkan keduanya?"
Ustadzah Fatimah: "Menyeimbangkan keduanya memang tidak mudah, Aisyah. Namun, dengan perencanaan dan niat yang matang serta dukungan dari keluarga dan lingkungan, semuanya pasti bisa tercapai. Yang terpenting adalah niat kita yang tulus, sungguh-sungguh dan tidak mudah goyah untuk mencari ilmu dan mengamalkannya. Untuk Perempuan tidak perlu memilih antara karier dan keluarga. Keduanya bisa berjalan beriringan. Dengan manajemen waktu yang baik dan dukungan dari orang-orang terdekat, perempuan bisa mencapai kesuksesan di berbagai bidang kemampuannya."
Nafisah: Lalu menurut ustadzah bagaimana dengan salah satu konsep hadist yang berbunyi, "Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina". yang sering dijadikan inspirasi dalam menuntut ilmu apakah itu termasuk hadist yang shahih?Â
Ustadzah Aisyah: Bukan cantik, hadist tersebut bukanlah termasuk hadits shahih. Hadits tersebut adalah seperti yang sudah kamu tanyakan barusan, hadist tersebut hanya dijadikan untuk inspirasi dalam menuntut ilmu dan hanya sebagai kiasan.Â