Pada tahapan paling awal ghibah dilakukan secara terbatas, dalam pertemuan sehari-hari. Umumnya antara dua orang yang memiliki hubungan emosional yang kuat dan akrab. Bisa jadi antar saudara, tetangga dekat atau dengan orang lain secara tatap muka. Ghibah biasanya diawali dengan wanti-wanti dari yang memulainya: jangan bilang-bilang atau cerita lagi kepada yang lain.
Namun naluri dasar manusia tidak bisa menahan lidah: tidak bisa amanah manyimpan rahasia gunjingan. Awal gunjingan berikut dan seterusnya dengan penggunjing lain juga selalu diawali dengan wanti-wanti serupa, agar gunjingannya tidak diceritakan lagi kepada orang lain.
Gunjingan yang awalnya hanya dari mulut ke mulut ( word of mouth ) sering berkembang menjadi desas desus atau rumor di kalangan penggunjing yang lebih luas. Kemudian menjadi rahasia umum , yang bersifat tahu sama tahu.
Ghibah umumnya membicarakan keburukan orang lain, ketika yang dipergungjingkan tidak ada bersama orang-orang yang mengunjingkannya . Bahan gunjingan adalah tentang segala cela, kejelekan, aib, termasuk keburukan sikap, tindak-tanduk, dan perilaku seseorang.
Ghibah layaknya gossip atau fitnah yang dilakukan  seseorang atau beberapa orang. Tujuan  yang ingin dicapai adalah:  agar yang digossipkan atau difitnah rusak atau hancur nama, citra , reputasi dan harga dirinya. Modus ini disebut juga sebagai pembunuhan karakter.
Ghibah tentang fakta keburukan orang lain yang nyata dan juga yang direkayasa  biasanya dengan tambahan bumbu-bumbu kebohongan lain, agar suasana pergunjingannya lebih menarik dan seru, serta berpengaruh kuat terhadap sesama penggunjing lainnya.
Ghibah umumnya dilakukan terhadap pesaing atau lawan dalam berbagai bidang aktivitas. Tujuan antaranya untuk menggiring hati, pikiran dan emosi seseorang, orang banyak atau khalayak, agar membenci dan meninggalkan orang lain bersama orang-orang dekatnya. Bisa juga karena persaingan berbagai usaha atau raihan jabatan dan kekuasaan yang cenderung pilih kasih. Atau hanya karena iri dan dengki biasa dari orang-orang tertentu yang gede rasa dan menganggap dirinya lebih atau paling layak menduduki jabatan dan kewenangan yang diberikan pada pihak lain.
Ghibah akibat perlakuan tidak adil dalam berbagai institusi, baik perusahaan maupun pemerintahan banyak terkait dengan aktivitas bidang bisnis dan politik. Mulai dari bisnis dan politik kelas teri sampai dengan kelas kakap. Bahkan tentang perkara-perkara sepele dalam kehidupan atau komunitas sehari-hari sekali pun.
Dewasa ini ghibah bukan lagi gunjingan dari mulut ke mulut (word of mouth ) secara tertutup, seperti zaman sebelum tercipta jaringan koneksi internet dan lahir mbah Google. Kini ghibah bermetamorfosa menjadi gunjingan atau fitnah terbuka secara nasional, regional bahkan global. Lintas batas antar wilayah negara secara real time dan seketika. Teknologi digital di bidang informasi dan komunikasi memainkan peran besar dalam memviralkan ghibah secara masif.Â
Menerabas tradisi, budaya yang dianggap kuno dan tidak relevan dan cocok lagi dengan tuntutan perkembangan zaman yang serba bebas dan terbuka. Dalam aktivitas jurnalistik atau kewartawanan yang sudah  sangat lama akrab, bukan hanya dengan kebebasan berekspresi tapi juga dengan tanggung jawab sosial besar pun, istilah off the record sudah tidak banyak terdengar lagi. Bahkan segala sesuatu yang dinyatakan confidential juga sering bocor dan merebak menjadi rahasia umum dan pergunjingan liar. Banyak media arus utama, apalagi media sosial yang terperosok dan terjerat karena secara tidak sadar atau sengaja berpetualang  ikut berpihak dengan kepentingan penguasa dan pengusaha ekternal termasuk kepentingan internal bisnis dan politik media itu sendiri.
Upaya media framing sama sekali bukan didasarkan pada fakta untuk mencari kebenaran, tapi mengutamakan dan mengedepankan pembentukan persepsi yang dibuat media apa pun dalam  berbagai modus, termasuk pemanfaatan artificial intelligence (AI) dalam menyebarluaskan berbagai kebohongan nyaris sempurna, layaknya manusia sesungguhnya yang sedang berghibah. Nyaris persis sama dalam gerak gerik tubuh, volume dan intonasi suara bahkan ekspresi wajahnya. Orang-orang yang sangat awam tentang  teknologi AI, dipastikan akan mudah terkecoh dan tertipu oleh gaya ghibah ultra modern mutahir tersebut .
Penularan ghibah.
Ghibah mirip-mirip seperti penyakit menular. Mudah merebak menjadi wabah lewat berbagai pertemuan langsung atau melalui media. Kebenaran yang nyata dengan gampang diputar balik oleh kesadaran pikiran manusia seolah-olah fakta kebenaran sesungguhnya dan mampu menarik perhatian serta memengaruhi pikiran dan emosi sesama teman berghibahnya.Â
Keyakinan bersama atas kebenaran hasil ghibah bisa disimpan dalam alam pikiran sadar dan bawah sadar manusia. Suatu ketika bisa muncul atau dengan sengaja ditularkan kepada subyek-subyek ghibah selanjutnya.
Dorongan naluri hewani atau insting manusia sangat kuat dalam merusak pertahanan ego atau kecerdasan manusia dalam memahami realitas di sekitarnya. Menghalalkan segala cara, termasuk ghibah dan fitnah dalam melampiaskan berbagai keinginan untuk meraih tujuan hidupnya. Kebiasaan berghibah personal bisa berubah menjadi tradisi berghibah massal.
Di satu sisi manusia mempunyai kemampuan pikiran untuk menciptakan berbagai teknologi agar mempermudah, memperindah dan menyenangkan serta membahagiakan diri sendiri dan orang lain dalam ruang lingkup besar. Di sisi lain manusia juga dengan mudah memanfaatkan berbagai hasil ciptaannya untuk merusak dan menghancurkan manusia-manusia lain, termasuk dirinya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H