Mohon tunggu...
Sofiandy Zakaria
Sofiandy Zakaria Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan PNS Badan Pengembangan SDM Dep. KIMPRASWIL/ Dep. PU. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP-UMJ 1989-2022. Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2007-2022

Menulis ,Olah raga berenang dan jalan kaki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah Ghibah di Era Kecerdasan Buatan

22 September 2023   15:30 Diperbarui: 22 September 2023   15:35 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tahapan paling awal ghibah dilakukan secara terbatas, dalam pertemuan sehari-hari. Umumnya antara dua orang yang memiliki hubungan emosional yang kuat dan akrab. Bisa jadi antar saudara, tetangga dekat atau dengan orang lain secara tatap muka. Ghibah biasanya diawali dengan wanti-wanti dari yang memulainya: jangan bilang-bilang atau cerita lagi kepada yang lain.

Namun naluri dasar manusia tidak bisa menahan lidah: tidak bisa amanah manyimpan rahasia gunjingan. Awal gunjingan berikut dan seterusnya dengan penggunjing lain juga selalu diawali dengan wanti-wanti serupa, agar gunjingannya tidak diceritakan lagi kepada orang lain.

Gunjingan yang awalnya hanya dari mulut ke mulut ( word of mouth ) sering berkembang menjadi desas desus atau rumor di kalangan penggunjing yang lebih luas. Kemudian menjadi rahasia umum , yang bersifat tahu sama tahu.

Ghibah umumnya membicarakan keburukan orang lain, ketika yang dipergungjingkan tidak ada bersama orang-orang yang mengunjingkannya . Bahan gunjingan adalah tentang segala cela, kejelekan, aib, termasuk keburukan sikap, tindak-tanduk, dan perilaku seseorang.

Ghibah layaknya gossip atau fitnah yang dilakukan  seseorang atau beberapa orang. Tujuan  yang ingin dicapai adalah:  agar yang digossipkan atau difitnah rusak atau hancur nama, citra , reputasi dan harga dirinya. Modus ini disebut juga sebagai pembunuhan karakter.

Ghibah tentang fakta keburukan orang lain yang nyata dan juga yang direkayasa  biasanya dengan tambahan bumbu-bumbu kebohongan lain, agar suasana pergunjingannya lebih menarik dan seru, serta berpengaruh kuat terhadap sesama penggunjing lainnya.

Ghibah umumnya dilakukan terhadap pesaing atau lawan dalam berbagai bidang aktivitas. Tujuan antaranya untuk menggiring hati, pikiran dan emosi seseorang, orang banyak atau khalayak, agar membenci dan meninggalkan orang lain bersama orang-orang dekatnya. Bisa juga karena persaingan berbagai usaha atau raihan jabatan dan kekuasaan yang cenderung pilih kasih. Atau hanya karena iri dan dengki biasa dari orang-orang tertentu yang gede rasa dan menganggap dirinya lebih atau paling layak menduduki jabatan dan kewenangan yang diberikan pada pihak lain.

Ghibah akibat perlakuan tidak adil dalam berbagai institusi, baik perusahaan maupun pemerintahan banyak terkait dengan aktivitas bidang bisnis dan politik. Mulai dari bisnis dan politik kelas teri sampai dengan kelas kakap. Bahkan tentang perkara-perkara sepele dalam kehidupan atau komunitas sehari-hari sekali pun.

Metamorfosa ghibah.

Dewasa ini ghibah bukan lagi gunjingan dari mulut ke mulut (word of mouth ) secara tertutup, seperti zaman sebelum tercipta jaringan koneksi internet dan lahir mbah Google. Kini ghibah bermetamorfosa menjadi gunjingan atau fitnah terbuka secara nasional, regional bahkan global. Lintas batas antar wilayah negara secara real time dan seketika. Teknologi digital di bidang informasi dan komunikasi memainkan peran besar dalam memviralkan ghibah secara masif. 

Menerabas tradisi, budaya yang dianggap kuno dan tidak relevan dan cocok lagi dengan tuntutan perkembangan zaman yang serba bebas dan terbuka. Dalam aktivitas jurnalistik atau kewartawanan yang sudah  sangat lama akrab, bukan hanya dengan kebebasan berekspresi tapi juga dengan tanggung jawab sosial besar pun, istilah off the record sudah tidak banyak terdengar lagi. Bahkan segala sesuatu yang dinyatakan confidential juga sering bocor dan merebak menjadi rahasia umum dan pergunjingan liar. Banyak media arus utama, apalagi media sosial yang terperosok dan terjerat karena secara tidak sadar atau sengaja berpetualang  ikut berpihak dengan kepentingan penguasa dan pengusaha ekternal termasuk kepentingan internal bisnis dan politik media itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun