Mohon tunggu...
Sofiandy Zakaria
Sofiandy Zakaria Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan PNS Badan Pengembangan SDM Dep. KIMPRASWIL/ Dep. PU. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP-UMJ 1989-2022. Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2007-2022

Menulis ,Olah raga berenang dan jalan kaki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Darurat Kesantunan dan Budi Pekerti Luhur Bangsa

15 September 2023   15:30 Diperbarui: 15 September 2023   16:14 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keluarga sebagai bangunan utama tata nilai.

Sejak dulu sampai sekarang, keluarga masih diyakini sebagai kelompok primer peletak fondasi bangunan norma dan nilai-nilai etika untuk bekal pergaulan di luar rumah  seperti di sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat luas. Kesopanan dan kesantunan berperilaku seseorang di luar rumah adalah cerminan atau representasi hasil didikan, bimbingan, pengawasan dalam masing-masing keluarga. Dengan siapa, dalam lingkungan apa dan seberapa lama serta  intens seseorang dalam bergaul sudah tentu akan saling memengaruhi tata pergaulan pada umumnya. Sejatinya dari rumahlah tradisi dan budaya etika dibangun. Namun dewasa ini rumah keluarga banyak ditinggalkan oleh ayah, ibu termasuk anak-anaknya karena tarikan arus kuat terutama lingkungan jagat maya media sosial luar rumah yang berkembang sangat liar dan sangat kurang terkendali. Peluang untuk merajut kualitas dan kuantitas keakraban atau kemesraan hubungan dalam keluarga pun terkesan semakin menurun karena masing-masing anggota keluarga sibuk dan asyik dengan perangkat teknologi informasi dan komunikasi serba bisa masing-masing. Terkesan adanya tindakan abai dan acuh tak acuh dari berbagai pemangku kepentingan, hingga kebebasan dalam berekspresi menjadi liar dan sering lepas kendali.

Realitas nilai-nilai kesantunan dan  budaya luhur bangsa Indonesia dalam relasi dan interaksi komunikasi politik dewasa ini pun sangat tidak selaras bahkan sangat menghambat perjuangan untuk membangun revolusi mental yang telah dicanangkan pemerintah.

Revolusi mental menjadi jargon utama Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilres) 2014 lalu. Setelah terpilih, Presiden Jokowi bersama Jusuf Kalla sebagai wakil presiden menerapkan revolusi mental dalam mengelola pemerintahan. (Revolusi Mental: Sejarah, Penerapan, dan Capaian Kompas.com - 08/01/2020, 12:00 WIB )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun