Dalam kosakata bahasa Sunda istilah rungkad  berarti pohon ukuran besar yang tumbang, roboh, dan tercerabut hingga ke akar-akarnya. Penyebabnya bisa jadi karena akar pohon dimakan rayap di dalam tanah.Â
Orang Sunda menyebut rayap tanah adalah rinyuh. Kemungkinan lain pohon tumbang karena sudah rapuh termakan usia. Atau karena faktor cuaca seperti hujan lebat yang  disertai angin kencang yang terus menerus. Akibat cuaca buruk demikian biasanya banyak pohon rungkad.Â
Kejadian pohon rungkad pun mengingatkan manusia tentang pentingnya kewaspadaan terhadap diri dan pemeliharaan kelestarian lingkungannya.
Musibah atau malapetaka terhadap manusia dan lingkungannya  bisa saja terjadi tiba-tiba tanpa terduga. Bahkan musibah bisa terjadi dalam waktu berkepanjangan, seperti: musim panas akan menimbulkan kekeringan dan musim hujan akan mengakibatkan banjir dan longsor di mana-mana.Â
Kemungkinan gagal panen berbagai tanaman pun berpotensi menimbulkan selain kerugian materi bisa juga menimbulkan kelangkaan makanan. Terutama di kalangan para petani kelas bawah di daerah-daerah perdesaan.
Kejadian  pohon-pohon rungkad sesungguhnya bisa diantisipasi dan diprediksi, namun kecenderungan lengah dan lalai pikiran dan emosi manusia, kejadian tersebut seolah-olah terjadi  tiba-tiba dan berulang-ulang, terkesan tanpa penanganan memadai secara tuntas.Â
Jika istilah rungkad dimaknai lebih luas, kira-kira berarti kegagalan atau kebangkrutan segala usaha karena keteledoran atau kelalaian manusia.Â
Tidak sedikit  orang yang mengalami rungkad akan mengalami kesedihan, penyesalan mendalam serta terpuruk berlarut-larut.Â
Bisa jadi yang bersangkutan akan mengalami patah semangat dan  sulit bangkit kembali, bahkan mungkin berujung mengalami gangguan mental berat, seperti stres atau depresi.
Rungkad tidak hanya sebatas diksi yang menggambarkan  perasaan seseorang yang hancur lebur atau ambyar  karena sakit hati dalam masalah percintaan.Â