Mohon tunggu...
Sofiandy Zakaria
Sofiandy Zakaria Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan PNS Badan Pengembangan SDM Dep. KIMPRASWIL/ Dep. PU. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP-UMJ 1989-2022. Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2007-2022

Menulis ,Olah raga berenang dan jalan kaki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fatamorgana Dialog di Era Teknologi Digital

4 Agustus 2023   07:30 Diperbarui: 5 Agustus 2023   00:39 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Berpikir itu pertengkaran?

Bang Rocky Gerung dalam berbagai penampilannya punya rumusan sendiri tentang berpikir: Proses berpikir itu berbeda dengan berdoa. Katanya, berpikir adalah semacam pertengkaran dan adu argumentasi yang tidak mengenal etika dan bebas tanpa batas. 

Padahal segala sesuatu yang dipikirkan seseorang jika diungkapkan atau disampaikan kepada orang lain apalagi di ruang publik terbuka akan dihadapkan dengan aturan-aturan atau norma-norma yang menegaskan baik atau buruk, benar atau salah, sopan atau vulgar, cabul, carut, jorok, kotor.

Hasil pikiran seringkali mencuat ke permukaan dan tercerabut lepas dari akar tradisi, budaya bahkan agama serta ketentuan-ketentuan hukum. Etika yang berkembang tentang benar atau salah dan baik atau buruk, manfaat atau mubazir umumnya hanyalah menurut parameter masing-masing individu.

Pengertian kata dialog berasal dari kata Yunani dia yang berarti antara, di antara, dan legein yang berarti berbicara, bercakap-cakap, bertukar pemikiran dan gagasan. Maka secara harafiah dialog adalah berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran dan gagasan bersama orang lain.

Dialog juga bisa berarti bentuk percakapan dua orang atau lebih, yang dibatasi oleh tema dengan tujuan menyampaikan suatu informasi. Tempo dulu beberapa jenis dialog yang sering muncul, diantaranya dialog teologis, dialog kehidupan, dialog perbuatan, dan dialog pengalaman keagamaan.

Khusus mengenai dialog antar agama sesuai dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika istilah yang sering dipakai oleh Prof Dr. Mukti Ali adalah "Setuju dalam Perbedaan”,

Abdul Mukti Ali mantan Menteri Agama Republik Indonesia di era pemerintahan Presiden Suharto, yang terkenal sebagai Ulama ahli perbandingan agama mendefinisikan dialog, khususnya tentang dialog keagaman tidak dalam pengertian cara atau metode yang dilakukan oleh dua belah pihak tapi lebih dalam mengkomunikasikan perbedaan sebagaimana belakangan banyak dipahami orang. Pengertian tersebut dapat terjebak pada penekanan pertemuan dan selebrasi.

Menurut Mukti Ali, kata yang sepadan dengan dialog adalah concourse yang berarti berlari bersama, bergerak dan maju bersama, bukan hanya berbicara satu dengan yang lain. (Anwar, M. K. 2018, Dialog Antar Umat Beragama di Indonesia: Perspektif A.Mukti Ali. Jurnal Dakwah: Media Komunikasi Dan Dakwah)

Rumah dialog

Rumah keluarga sejatinya adalah ruang primer utama untuk pertemuan mesra para anggotanya. Namun, kini, sudah banyak rumah hanya sekadar tempat singgah sesaat untuk melepas kepenatan dan kelelahan setelah beraktivitas sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun