Oleh sementara orang, kucing dianggap sebagai hewan licik, suka mencuri makanan. Bahkan muncul anekdot:  malu-malu kucing. Apapun alasannya, bagi para pencinta kucing, perlakuan seperti itu  tentu dianggap sebagai tindakan kejam dan tidak memilki sikap prikemanusiaan.Â
Semua itu representasi gambaran  adanya kecenderungan sikap pembiaran terhadap kucing-kucing liar sebagai makhluk hidup yang membutuhkan perhatian dan kepedulian.
Para penyayang kucing percaya, bahwa kucing tidak akan mengganggu manusia apalagi mencuri , kalau perutnya kenyang. Â Diyakini, dua pertiga kehidupan kucing digunakan untuk tidur.Â
Dilansir dari beberapa sumber, lama waktu tidur kucing rata-rata 15 jam sehari, bahkan beberapa kucing yang mengantuk menutup mata, bisa tidur mendengkur hingga 20 jam setiap hari.Â
Bahkan bayi-bayi kucing yang baru lahir bisa menghabiskan waktu selama 21 jam lebih atau 90 persen waktu dalam sehari dipakai untuk tidur.  untuk perilaku ini, kucing akan bertindak seperti pensiunan lansia yang menghabiskan banyak waktu untuk tidur sepanjang hari. ( Abdul Haris Maulana, Kompas.com, 17 Desember 2020, 18.04 WIB ).Â
Hubungan peran kucing dengan manusia
Riwayat hubungan kucing dengan manusia konon sudah berlangsung  sejak 5000 tahun SM. Berdasarkan bukti penemuan kerangka kucing di pulau Siprus. Sejak  3.500 SM, orang-orang Mesir kuno telah memaafaatkan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung tempat penyimpanan hasil panen.Â
Dewasa ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni ( pure breed ) diantaranya persia, siam, manx dan sphinx.Â
Jumlah kucing ras hanyalah 1 % dari populasi kucing di dunia.  Sementara menurut International Federation for Animal Health Europe ( IFAH ), populasi kucing domestik di seluruh dunia mencapai sekitar 220 juta. ( https://id.m.wikipedia.org ). Wow,hampir  80 % dari  jumlah penduduk Indonesia.
Keajaiban alami kucing telah memicu munculnya beberapa komunitas penyayang kucing liar. Di Indonesia sedikitnya ada 5 komunitas penyayang kucing, yaitu Indonesia Cat Assosiation ( ICA ), Komunitas Pencinta Kucing Bandung Raya ( KPK ), Save Love Cat ( SLC ) dan Tenggarong Cat Lover ( TLC ). Tujuan dari setiap komunitas tersebut ternyata berbeda satu sama lain, tapi utamanya tetap sama, yaitu memberikan pemeliharaan terhadap kucing.
ICA termasuk  ke dalam bagian komunitas lama dan besar yang didirikan pada tanggal 01 April 2003. Komunitas ini berkembang  di berbagai kota besar , seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Solo dan Yogyakarta.Â
Organisasi komunitas kucing ini selain wadah untuk saling berbagi informasi dan pengalaman sesama penyayang kucing, juga selalu mengadakan kompetisi rutin. Lain lagi dengan Komunitas Penyayang Kucing Bandung Raya ( KPK ).Â
Aktivitas KPK ini lebih banyak dilakukan di medsos, yang tidak sembarang orang bisa mengaksesnya , kecuali sudah menjadi anggota terlebih dahulu. Sementara komunitas Save Love Cat ( SLC )  di Depok sedikit berbeda dengan komunitas penyayang kucing sebelumnya , yaitu berfokus pada semua ras dan jenis-jenis kucing  di jalanan yang terlantar  tanpa kecuali.Â
Aktivitasnya pun sering melalukan kopdar khususnya untuk wilayah Bogor, ke rumah kucing  yang memiliki 100 kucing terlantar yang perlu diselamatkan seluruhnya.Â
Sementara Komunitas  TCL, fokusnya lain lagi, yaitu  selain memberikan pelayanan khusus dan terpadu ( posyandu ) terhadap kesehatan kucing, juga memberikan pelatihan kepada setiap anggota komunitasnya dalam merawat kucing dengan baik dan benar. ( https: petpintar.com )
Penyayang kucing di areal Bendungan Situ Gintung
Salah seorang penyayang kucing  di areal  Situ Gintung Cireundeu Ciputat Timur adalah pak Hans Batubara. Sosok orang yang mempunyai kepekaaan dan kepedulian terhadap nasib kucing-kucing liar yang terlantar atau ditelantarkan para pemiliknya. Ia tinggal di perumahan Saung Gintung, tidak jauh dari Bendungan Situ Gintung.Â
Pak Hans yang sehari-hari sibuk bekerja sebagai auditor konsultan perusahaan-perusahaan swasta  nasional  dan perusahaan-perusahaan multi nasional terkemuka seperti Ernst & Young . Juga sebagai komisaris di Paramitra Sekuritas.  Ia pernah ditugaskan di Rotterdam,  negeri Belanda selama 3 tahun dan di negara itulah  ia menemukan jodohnya, asli orang Belanda yang sudah dibawa ketanah air sampai sekarang.Â
Dari pernikahannya itulah mereka berdua sudah dikaruniai sepasang putra dan putri. Anak yang  bungsu adalah  laki-laki sudah bekerja sebagai akhli IT di Belanda. Sedangkan yang sulung  adalah perempuan bekerja di Jakarta
Sebagai penyayang kucing pak Hans yang aktif juga sebagai pengurus di International Sport Club of Indonesia ( ISCI ) Ciputat dan hobi memelihara  kucing  sudah sekitar 10 tahun-an. Berawal masih terbatas di rumah dan sekitarnya. Â
Kucing-kucing liar yang dipelihara keluarga pak Hans, justru kucing-kucing cacat yang memerlukan kepedulian dan pengobatan. Atas inisiatif pak Hans, kucing-kucing betina  di areal Bendungan Situ Gintung umumnya sudah di-sterilisasi untuk mencegah meningkatnya populasi kucing secara drastis.
Sampai sekarang sudah berlangsung 7 tahun lebih,  setiap hari  bersama 2 orang asistennya  pak Hans yang alumnus jebolan Akuntansi FEB UI ini selalu berjalan cepat, bahkan kadang-kadang lari maraton berkeliling di sepanjang jogging track yang mengitari  lingkaran  sisi Bendungan Situ Gintung sambil memberi makan kepada kucing-kucing liar  yang dijumpainya. Makanan-makanannya selalu diletakkan diatas daun-daun kering  ukuran sebesar alas cangkir kopi, yang jatuh dari pohon-pohon di sekitarnya. Â
Di sepanjang jogging track  sejauh kurang lebih delapan kilometer, yang  banyak dugunakan warga untuk olahraga baik jalan,  lari, maupun  gowes  sepeda itu, terdapat kira-kira 150 ( seratus lima puluh ) ekor kucing liar yang terlantar., atau lebih tepatnya ditelantarkan.Â
Diantaranya  banyak kucing kecil  yang  sengaja dibuang ke lokasi wisata taman terbuka ini oleh para pemiliknya, dengan berbagai alasan termasuk karena dianggap menggangu di lingkungan keluarganya.
Dalam suatu kesempatan berbincang-bincang dengan pak Hans, ia bercerita banyak  hal mengenai kebiasaannya memberi makan kucing-kucing liar tersebut. Yang unik adalah topik cerita kucing-kucing terlantar ini  banyak menyentuh aspek-aspek  realitas kehidupan manusia sehari-hari.Â
Tentang keprihatinan akan kurangnya kepedulian dan kepekaan sebagian masyarakat untuk secara nyata membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, terutama pemberdayaan melalui pendidikan dan keterampilan bagi  kepentingan masa depan mereka yang lebih baik dan sejahtera .
Kepekaan dan kepedulian itu bukan hanya sekadar ujaran-ujaran baik  lisan, dan atau  tertulis yang dishare di berbagai media arus utama dan kanal - kanal medsos, yang umumnya dibalut dengan identitas tampilan-tampilan untuk menarik  perhatian dan pencitraan.
Bukan pula sikap-sikap munafik yang selalu berbicara dusta, ingkar janji dan khianat kepada sesama ummat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H