Mohon tunggu...
Sofiandy Zakaria
Sofiandy Zakaria Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan PNS Badan Pengembangan SDM Dep. KIMPRASWIL/ Dep. PU. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP-UMJ 1989-2022. Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2007-2022

Olah raga dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Siklus Kotoran

3 Maret 2024   16:30 Diperbarui: 3 Maret 2024   19:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Meski kotoran selalu berkonotasi negatif, namun kotoran adalah juga merupakan  salah satu kebutuhan dasar kehidupan. Manfaatnya seringkali terabaikan.

Tidak hanya untuk semua tanaman dan hewan atau sumber hayati lain,  Juga  buat manusia.  Tanpa kotoran tidak mungkin ada kehidupan makhluk hidup. Kehidupan menuntut  kecukupan, dan  keseimbangan kotoran. Kualitas hidup semua sumberdaya hayati sangat tergantung pada sikap dan tindakan kita terhadap segala jenis kotoran di sekitar atau lingkungan.

Kolam ikan di pedesaan dan perkampungan di tatar Sunda: banyak yang dilengkapi dengan bilik tempat BAB.Tempat buang kotoran sehari-hari. Bilik tersebut selalu dilengkapi dengan pancuran air bersih  untuk membersihkan setelah  orang BAB. Kotoran manusia yang terjun bebas ke kolam ikan, langsung disantap oleh ikan-ikan peliharaan yang menungu di bawahnya. Masakan dari ikan-ikan itu pun menjadi makanan popular, di rumah-rumah dan atau  restoran -restoran. Pepes, goreng dan pesmol ikan adalah makanan favorit para pengunjung  restoran khas Sunda. Makan ikan yang dimasak apa pun terasa lebih nikmat  jika dimakan dengan sambal terasi dan lalaban segar, seperti poh-pohan, tespong dan kemangi. Khas Sunda banget.

Usaha ternak ikan kolam merupakan salah satu tradisi daur ulang sempurna dari  lingkungan di pedesaan tatar Sunda, kata  Prof Otto Soemarwoto: beliau adalah salah seorang guru besar terkemuka tata guna biologi di UNPAD. Yang sampai akhir hayatnya sangat peduli   terhadap isu  lingkungan hidup.

Masyarakat pedesaan tatar Sunda  memiliki tradisi dan budaya turun menurun dalam  memelihara harmoni siklus lingkungan alami  melalui budi daya peternakan ikan kolam, Masih banyak  daur ulang alami sempurna: berbagai macam  buah-buahan dan sayuran local yang kita makan sehari-hari. Pohon-pohonnya, buah-buahnya dan daun-daunnya tumbuh subur: berkat dipupuk dengan kotoran hewan. Daging hewan, buah-buahan dan sayuran organik tersebut kita makan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari

Begitulah kira-kira perasaan kagum yang diungkapkan Prof Otto semasa hidupnya ketika menjadi salah seorang pembicara dalam seminar nasional lingkungan hidup pertama di Indonesia pada 15-18 Mei 1972 dikampus UNPAD. Menjelang konferensi pertama PBB soal lingkungan hidup manusia pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia,

Transfomasi  pengolahan kotoran.

Pada tahun 2011 ilmuwan Jepang Mitsuyuki Ikeda mengeluarkan pernyataan lebih heboh karena ide spektakulernya. Peneliti Laboratorium Okayama itu mencetuskan ide pembuatan daging dari lumpur kotoran manusia. Tinja-tinja manusia yang dianggap sangat melimpah di Jepang itu disulap menjadi daging sintetis agar bisa dimakan lagi dan mencegah krisis pangan di Jepang. ( Liputan6.com, Anugerah Ayu Sendari Diperbarui 09 Apr 2019, 13:00 WIB)

Kotoran manusia pun tanpa kita sadari ternyata menjadi bagian dari keberlangsungan hidup manusia dengan sesama makhluk-makhluk lain. Termasuk  hewan, tumbuhan dan atau makhluk hidup lain.

Istilah  kotoran yang berasal dari akar kata kotor, tidak hanya milik petani perdesaan. Orang-orang kota, terutama pengusaha-pengusaha  besar di bidang pertanian sangat akrab dengan dengan urusan kotoran, yang diolahnya menjadi pupuk kimiawi, yang menjadi kebutuhan pokok sekaligus ketergantungan para petani. Ketika musim tanam tiba pupuk pun seringkali menjadi isu nasioanl.  Mainan para pengusaha dan atau mungkin para politisi:antara ketersediaan dan kelangkaannya. Harga dan keberadaannya pun selalu berada dalam kendali tangan-tangan mereka. Kelangkaan pupuk kerap memengaruhi menurunnya kualitas dan kuantitas panen:  yang jadi kambing hitam selalu: anomali musim dan cuaca lokal, bahkan global.

 Akhir-akhir ini istilah kotor pun merebak viral terutama dikalangan yang berkepentingan di bidang politik, hukum, dan etika. Media arus utama terutama TV dan media sosial sangat kerap dan berulang-ulang membahas adanya akitvitas kotor. Di lingkungan penguasa dan pengusaha di dalam dan di luar pemerintahan negara.  Munculnya tayangan sebuah film berjudul Dirty Vote , yang menggambarkan dugaan terjadinya penyelewengan, penyalahgunaan kewenangan secara terstruktur, massif dan sistematik khususnya dalam pemilu presiden. Film Dokumenter Dirty Vote viral sejak pertama kali ditayangkan di Youtube pada 11 Februari 2024 lalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun