Mohon tunggu...
S.Hanna.
S.Hanna. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu..

Wiraswasta, ibu rumah tangga, senang membaca tentang politik dan dunia usaha serta berita dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Dominasi, Jadi Pria Selama 36 Tahun

18 Mei 2022   09:21 Diperbarui: 18 Mei 2022   09:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadi Pria selama 36 tahun. Foto : theoceannews.com 

Melawan Dominasi Pria, Wanita Jadi Pria Selama 36 tahun.

Hidup, bekerja dan mencari nafkah bagi wanita  India tidak punya ketrampilan adalah sebuah perjuangan.  Tidak banyak yang bisa dilakukan wanita India ketika mereka tidak punya pekerjaan.

Wanita sering dilecehkan dinegara yang punya kasus perkosaan tertinggi ini. Disamping itu dalam pekerjaan, upah yang rendah wanita dipandang tidak setara dengan pekerja laki laki.

Beberapa hari setelah pernikahan, suami wanita ini meninggal dunia. Saat itu S Pechiyammal baru berusia 20 tahun.

Dia "menanggalkan" pakaian sari (pakaian wanita india) dan mulai mengenakan kemeja. S Pechimal juga memotong rambutnya menjadi  seperti laki-laki.

Petchiammal kemudian mengunjungi kuil Murugan di Tiruchendur dan mengubah namanya menjadi Muthu.

Mulai tinggal di Kattunayakpatti bersama putrinya dan membesarkannya anaknya sendirian.

Sebelumnya ia telah bekerja di banyak tempat bangunan hotel, kedai teh, tetapi masyarakat India tidak toleran karena dia cantik dan janda.

Kini dia menjadi laki laki. Kecuali putrinya dan kerabat dekatnya yang tinggal ditempat berbeda, tidak ada yang tahu bahwa dia adalah seorang wanita.

Itu terjadi sekitar 36 tahun lalu. .

Sekarang putri Pechiyammal sudah menikah, tetapi identitasnya tetap  Muthu. Di KTP dan  semua dokumennya, ID Pemilih (pemilu) dan rekening bank.

Muthu mengatakan bahwa karena identitas kedua ini, dia dan putrinya dapat tetap aman membesarkan anak

Setelah tua, dan berhasil mendidik anak dan menikahkan putrinya, setahun yang lalu ia mengungkapkan identitas kewanitaannya.

Dia berterus terang,  mengatakan bahwa suaminya Shiva meninggal 15 hari setelah pernikahan.  Petchiammal kemudian melahirkan putri yang diberi nama Shanmugasundari.

Dia memutuskan untuk tidak menikah lagi dan bertekad untuk membesarkan putrinya sendiri.

Selama puluhan tahun Hanyar anggota keluarga dan putrinya yang tahu bahwa dia adalah seorang wanita.

S Petchiammal  atau Muthu sekarang  siap  melepaskan penyamarannya sebagai pria.

Ketika jadi pria dia selalu dapat melindungi putrinya dan dirinya sendiri, katanya kepada the newsIndian Express Senin (16/05)

Sekarang saya ingin tetap sebagai Muthu sampai kematian saya. Di kartu Aadhar, kartu jatah dan dokumen lainnya, hanya laki-laki yang tertulis.

Dia ingin mendapatkan kartu MNREGA. yaitu sebuah tunjangan biaya hidup atau tunjangan pengangguran dari pemerintah untuk mereka yang tidak bekerja dan tinggal dipedesaan.

Ini  adalah undang-undang perburuhan India  (jaminan sosial)  khusus di daerah pedesaan dengan menyediakan pekerjaan-pekerjaan  manual tidak terampil.

Bank Dunia menyebutnya sebagai "contoh luar biasa dari pembangunan pedesaan".

MGNREGA  menyediakan setidaknya 100 hari pekerjaan berupah yang dijamin dalam satu tahun keuangan. Pekerjaan harus disediakan dalam jarak 5 km dari tempat tinggal pemohon, dan upah minimum harus dibayar. Jika pekerjaan tidak diberikan dalam waktu 15 hari (tidak dapat pekerjaan) setelah melamar,  berhak mendapat tunjangan pengangguran dari pemerintah.

MGNREGA  memberdayakan perempuan pedesaan, mengurangi migrasi (pindah kekota)  dan mendorong kesetaraan sosial.

Kisah wanita India ini mungkin cukup inspiratif tapi tentu tidak harus ditiru. Di Indonesia kisah serupa pernah terjadi dari cerita sebaliknya. Seorang pria menyamar sebagai perempuan untuk dapat berkencan dengan teman perempuannya yang kost.

Ketika ketahuan,  tentu saja babak belur karena tujuannya sudah menyimpang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun