Sahabat yang Budiman...
Saya tidak perlu lagi menjelaskan situasi apa saja yang sedang terjadi di negeri tercinta ini. Dari sekian banyaknya suatu persoalan, ketika kalian sudah membaca judul diatas, tak usah mengelak lagi. Mengapa hal demikian dibiarkan terjadi?
Meskipun jika dihitung secara kebutuhan primer memang betul anggaran sedemikian sudah dikira-kirakan dengan kebutuhan dan keperluan sesuai acara yang diselenggarakan setiap tahun sekali.
Merayakan suatu kemerdekaan suatu Negara kita memang harus memiliki sifat yang sangat antusiasme. Merasa bangga karena negara kita sudah merdeka dari penjajah.
Namun sangat disayangkan kembali, jika perayaan tersebut menimbulkan suatu kemudharatan secara universal jika hal demikian sangat berlebihan sekali.
Apa salahnya jika konsep yang harus mengeluarkan anggaran puluhan juta rupiah tersebut dikonsep dengan sesederhana mungkin. Pertanyaannya selain kembali lagi pada diri sendiri, poin utamanya harus dikembalikan lagi terhadap pemegang kekuasaan yaitu pemimpin beserta para pejabat bahawannya.
Toh, yang dapat menyaksikan langsung ke istana Senayan nantinya bukan rakyatnya, apalagi rakyat yang berasal jauh disekitar Senayan, rakyat di sebelahnya saja tidak dilirik dan hanya dapat menyaksikan dari live streaming di berbagai media. Dikarenakan dilarang untuk masuk kekawasan istana Ibu Kota Nusantara (IKN) yang baru itu.
Mengapa saya kurang setuju?
Mari kita lihat dan refleksikan kembali oleh hati nurani kita yang paling dalam. Sebuah kasus yang terjadi kepada rakyat bawah di Jakarta, sang bapak Driver ojol bernama (Darwin) Â yang meninggal akibat kelaparan disebabkan tidak makan selama 2 hari karna tidak punya uang. Dilansir dari media @Merdekanew.co (16/08/2024).
Kasus lainnya, terjadi pada seorang kakek lansia (90) tahun bernama (Hamid) yang masih bekerja jual krupuk bertahan hidup untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari nya. Ia makan nasi dengan air yang dituangkan langsung ke nasinya mungkin sebagai pengganti dari lauknya. Dilansir dari media @Merdeka.com (16/08/2024)
Setelah mendengar kabar demikian, sungguh ironis sekali suatu negara yang kurang memihak pada rakyat bawah. Lalu apa hubungannya dengan anggaran puluhan juta tersebut?
Kembali lagi pada kesadaran seorang pemimpinnya!Â
Jika acara kemerdekaan tersebut dirayakan dengan melihat sisi mursalah dan maslahatnya. Memberikan uang negara pada rakyat  yang lebih mementingkan lebih baik dari pada menghambur-hamburkannya.Â
Sekali lagi, Kembali lagi kepada seorang pemimpin jika negara Indonesia masih layak dikatakan negara demokrasi dan menjunjung tinggi dengan selogannya, yakni "Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat".
Tak lain lagi, Semuanya dimulai oleh rakyat dan akan kembali juga pada rakyatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H