Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

IRT di Riau Bercita-cita Buka Lapangan Kerja Kerajinan Eceng Gondok

4 Agustus 2023   22:42 Diperbarui: 4 Agustus 2023   22:46 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengrajin Eceng Gondok, asal Kampar, Riau, Juniarti, saat memperlihatkan karyanya. Foto: Sofiah.

Eceng gondok dikenal sebagai tumbuhan liar yang dipandang sebelah mata. Namun, siapa sangka salah satu ibu rumah tangga (IRT) di Kabupaten Kampar, Riau ini mampu menyulap eceng gondok menjadi seni kerajinan tangan yang memiliki nilai estetik serta ekonomis. Tak disangka kerja kerasnya yang telah belangsung sejak lima bulan terakhir ini mampu membawanya membuka lowongan kerja bagi para IRT di lingkungan tempat tinggalnya. Kini, diakui owner pengrajin eceng gondok, Juniarti, telah memiliki lima karyawan.

Juniarti mengklaim bahwa usaha kecil, menengah mikro (UMKM) miliknya ini pertama ada di Riau. Ia belajar melalui media sosial seperti youtube. Kemudian, IRT yang mengenakan pakaian serba hitam ini pun tampil percaya diri dan membawa produk UMKM nya pada Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBI BBWI) di Pekanbaru Riau yang dimulai sejak Jumat, 28 Juli 2023 dan berakhir pada Minggu, 30 Juli 2023 lalu.

Hasil kerajinan eceng gondok milik Juniarti. Foto: Sofiah.
Hasil kerajinan eceng gondok milik Juniarti. Foto: Sofiah.

Ditemui di booth miliknya yang berada persis di belakang panggung VIP setelah tulisan BBI BBWI deretan sebelah kiri, berjejer rapi hasil kerajinan tangan miliknya. Kerajinan tangan yang mejeng di gernas tersebut bagian dari keuletan tangannya dan lima karyawannya.

Diakuinya, tak butuh waktu lama untuk bisa menjadikan eceng gondok menjadi karya seni tradisional dengam beragam jenis dan ukuran. Beragam eceng gondok itu mejeng rapi di gernas BBI BBWI. Ada tempat air dan beras, pin, kaca, gantungan kunci, tas, dan lainnya.

Eceng gondo yang disulap menjadi kerajinan tangan oleh Juniarti dan lima karyawannya. Foto: Sofiah.
Eceng gondo yang disulap menjadi kerajinan tangan oleh Juniarti dan lima karyawannya. Foto: Sofiah.

"Pembuatan senang dan tidak begitu sulit. Dari di jemur kemudian dianyam, sehari ada yang bisa dapat dua produk, ada yang juga yang sehari satu jenis kerajinan eceng gondok. Paling banyak diminati tempat beras, kaca, dan tempat air minum," ucapnya.

Harga yang ditawarkan sangat ekonomis mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 250 ribu. Untuk pemasaran masih di Kampar saja. Ia mengaku belum begitu paham dengan teknologi atau berbasis online. Kendati begitu dirinya telah berusaha memasarkan melalui facebook dan instagram.

Melalui gernas BBI BBWI ini pula, diharapkan masyarakat yang membeli barang dagangannya ini bisa memasarkan dari mulut ke mulut. Bahkan saat saya di lokasi, salah satu pengunjung secara sukarela memposting menawarkan diri untuk memposting UMKM miliknya di media sosial. "Sini bu, saya bantu posting. Ibu foto dengan hasil kerajinannya ya," katanya dengan sopan kepada owner Juniarti.

Menyoal lapangan kerja yang sempat disinggung diawal, Juniarti ingin membuka lapangan kerja dan memberdayakan ibu-ibu. Kedepan, ia pun akan membuat kelompok kerajinan tangan dengan para emak-emak di sana baik RT/RW maupun PKK.

Isi booth pengrajin eceng gondok, Juniarti, penuh dengan aneka hasil kerajinan bernilai ekonomis. Foto: Sofiah.
Isi booth pengrajin eceng gondok, Juniarti, penuh dengan aneka hasil kerajinan bernilai ekonomis. Foto: Sofiah.

"Daripada ngumpul-ngumpul untuk ngomongin orang atau gibah mending berusaha dengan memanfaatkan eceng gondok sebagai kerajinan tangan. Mudah buatnya, dijual dapat duit. Sekarang sudah ada lima orang yang bergabung," katanya.

Sementara itu, perihal ketahanan eceng gondok, Juniarti berujar bisa sampai bertahun-tahun. Untuk bisa menghasilkan kerajinan tangan dengan berbagai jenis, selain dari youtube, ia belajar mengayam eceng gondok karena termotivasi dari pengrajin di Jogja dan Bali.

Tempat buah hasil dari tumbuhan eceng gondok. Foto: Sofiah.
Tempat buah hasil dari tumbuhan eceng gondok. Foto: Sofiah.

"Adanya BWI BBWI ini saya berharap usaha bisa semakin maju. Meski saya orang kecil, saya memiliki cita-cita untuk membuka lapangan kerja dan beemanfaat bagi orang lain," harapnya.

Peminat kerajinan eceng gondok ini dikatakannya adalah salah satu orang yang memiliki jiwa seni. Sehingga, tak memungkiri usahanya nanti bisa berkembang pesat. Apalagi, eceng gondok yang tumbuh liar mudah didapat dan tidak menyulitkannya dalam berusaha.

"Sekarang masih memanfaatkan yang tumbuh secara liar, belum budidaya sendiri. Mungkin nanti," ungkapnya.

Sekilas info mengenai eceng gondok yang mana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eceng gondok adalah tumbuhan air yang hidup terapung di permukaan air, mempunyai kecepatan berkembang biak vegetatif sangat tinggi dan mempunyai kemampuan besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan lingkungan. Selain bisa dijadikan sebagai kerajinan tangan, eceng gondok juga bisa dijadikan pakan ternak dan pembudaya ikan sangat bermanfaat karena sebagai pelindung ikan dan sebagai penyerap kotoran ikan di kolam.

Belum lagi, jika berbunga akan menambah kecantikan kolam ikan. Berbagai manfaat lainnya seperti pengendali ganggang yang menyerap oksigen di dalam kolam, menjaga suhu air dalam kolam, dan lainnya.

Meski begitu, perlu diketahui juga agar eceng gondok yang tumbuh di kolam harus sering diperhatikan. Jika tidak, akan menutup seluruh permukaan air. Sepertinya ini konsep yang pas "sekali menyelam minum air" Dari sini belajar bahwa sambil berbudaya ikan sekaligus memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan tangan. Kapan lagi bangga dengan karya diri sendiri.

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI (http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/90084/SUNGAI-SUMBAT-KOMPOS-ENCENG-GONDOK-SOLUSINYA/ ) yang diperbarui pada Senin (19/11/2022) ternyata eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brazil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun