"Kupikir malam tidak akan terasa menakutkan setelah aku dewasa. Tapi terkadang aku merasa seperti tidur di langit yang gelap sendirian dan berada di Semesta Mia," Snail, (2022:031)
Isi kepala yang banyak pikiran tak jarang membuat seseorang menjadi tidak spesial bahkan merasa tidak berdaya.Â
Alih-alih menyalahkan diri sendiri dan merasa hidup telah berhenti namun lucunya masih bisa mengerti untuk tidak bersedih dan tidak larut dalam suasana, serta tidak mencari-cari nasihat.Â
Manusia memang harus rela menerima hidupnya dan tidak ada yang salah jika ada kesulitan dan keanehan dalam hidup.
Itulah pentingnya mengolah perasaan negatif yang muncul sebagai motor penggerak suatu masalah. Sehingga, tidak menjadikan perasaan negatif yang menumpuk dalam diri menimbulkan depresi yang mengakibatkan energi habis dan sia-sia.Â
Apalagi jika efeknya bisa menimbulkan masalah bagi orang lain. Jadi, biarkan perasaan negatif mengalir begitu saja agar tidak menjadi siksaan dan amarah. Cukup membandingkan perubahan dalam dirimu sebelum dan sekarang ini. Beri makna yang bagus dalam dirimu.
***
Melalui hari dengan penuh tawa kata orang telah memasuki dunia dewasa. Ada banyak cengkeraman di dalam hati dan pikiran.Â
Acap kali kita melihat orang-orang tertawa, tapi apakah sebenarnya mereka baik-baik saja? Dalam kasus ini Snail menyebutnya sebagai senyum sosial.
"Aku tidak suka banyak bicara. Aku juga tidak suka memaksakan wajahku untuk mengeluarkan ekspresi tertentu. Wajahku hampir tidak pernah mengalami perubahan ketika aku sedang sendirian. Tapi, disaat harus berbicara dengan orang lain, aku berusaha mengeluarkan ekspresi wajah yang pas dengan situasi saat itu. Juga disaat bekerja, saat bertemu teman, dan bahkan saat berkumpul dengan keluarga, aku terpaksa menjadi orang yang sangat ekspresif secara instan," Snail, (2022:080).
Capek? Jangan ditanya. Jika dikaji, percakapan yang dianggap basa-basi ini nantinya akan menjadikan seseorang menemukan kawan main bukan lawan main dalam berkomunikasi.Â