Setelah semua itu, begitu melihat kebun serai maka sampailah di Desa Lubuk Bigau. Kebun serai inilah yang menjadi salah satu bahan produksi balsem dan sabun sebagai UMKM yang didampingi oleh Yayasan Hutanriau.
Di kebun serai milik warga itu juga, langsung terdapat mesin pengolahan. Sehingga, begitu siap panen, serai tersebut bisa langsung diolah pasca melewati proses-proses tertentu seperti merebus, meniriskan, menakar ke wadah, dan lainnya. Warga di sana juga memanfaatkan buah gambir dan kopi sebagai salah satu mata pencahariannya.
Potensi lain dari desa Lubuk Bigau yakni adanya air terjun yang tingginya mencapai ratusan meter. "Ukuran pastinya belum ada. Namun, kalau prediksi kami mencapai 174 meter. Namanya, Air Terjun Pangkalan Kapas," kata Kepala Desa Lubuk Bigau, Rinas saat dijumpai 10 Juni 2023 lalu.
Untuk menuju air tersebut butuh tenaga ekstra karena jalanan yang terjal. Tidak sembarang kendaraan yang bisa ke sana serta harus hiking.
Kami juga hanya mendapat kesempatan ke Air Terjun Jonjang. Meski tak begitu jauh dari pemukiman warga, namun itu benar-benar menguras tenaga dan mental. Bagaimana tidak, kami diarahkan melalui jalur baru yang mana jembatan kayu tersebut belum pernah dilintasi mobil. Dan pertama kalinya itu pula kami yang melintasi.
Jika jembatan penahan itu tidak kuat, yasudah wassalam. Belum lagi saat melintasi jembatan kayu balok yang kira-kira sepanjang 5-7 meter itu harus ditarik dengan mobil lain. Begitu sampai dipangkal jembatan langsung posisi mendaki.
Seperti kata pepatah, "usaha memang tidak mengkhianati hasil." Begitulah yang dapat kami rasakan. Setelah dag dig dug kemudian jalan melewati rimba sampai juga di Air Terjun Jonjang.
Dengan gagahnya air terjun itu menyambut para rombongan. Ada dua air terjun sekaligus. Satu air terjun utama yang cukup deras menyemburkan air ke dasar bebatuan. Di sebelahnya, air terjun tidak begitu deras.
Beberapa pengunjung langsung mencemplungkan diri ke air terjun yang kondisi airnya begitu dingin dan segar di tubuh.Â