Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Alam Lubuk Bigau dan Keresahan Masyarakat

23 Juli 2023   20:08 Diperbarui: 25 Juli 2023   01:12 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan Bellss yang berlokasi di Desa Lubuk Bigau. (Foto: Sofiah.)

Akhir pekan memang waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan baik bersama teman, rekan kerja, keluarga, dan orang terkasih lainnya. Setiap orang memiliki perjalanan menarik dalam hidupnya salah satunya dengan melakukan perjalanan ke alam.

Bentangan alam di setiap provinsi juga beraneka ragam. Ada yang memang langsung diwarisi sebagai tempat wisata ada pula yang memang harus effort untuk menemukan surga tersembunyi di daerahnya masing-masing, seperti Riau.

Selain karena Riau penghasil minyak, masyarakat Bumi Lancang Kuning perlu effort lebih untuk perjalanan ke alam yang terkadang berbatasan langsung dengan provinsi tetangga yakni Sumatera Barat. Salah satunya yakni melakukan perjalanan ke Lubuk Bigau, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau.

Mobil off-road yang kami gunakan pasca menerjang sungai. Beristirahat dipinggir aliran sungai.(Foto: Sofiah.)
Mobil off-road yang kami gunakan pasca menerjang sungai. Beristirahat dipinggir aliran sungai.(Foto: Sofiah.)
Lokasi ini berjarak 137 km dari ibu kota Pekanbaru, Riau. Perjalanan dapat ditempuh selama kurang lebih 4 jam menggunakan jalur darat jika solo di saat musim kemarau. Namun, bisa memakan penambahan hingga dua jam jika rombongan ataupun saat sedang musim hujan.

Sebagai informasi, masih banyak orang yang enggan ke sana karena daerahnya berada di pedalaman. Namun, siapa sangka Lubuk Bigau sebagai salah satu daerah konservasi di Riau. Alam masih asri dan kearifan lokal terjaga.

Ini deretan wisata alam yang beberapa waktu lalu kukunjungi dan bisa dinikmati dengan telanjang mata. Sepanjang mata memandang, teman-teman akan disuguhkan trek darat yang cukup menantang. Itu dapat teman-teman rasakan begitu melewati Tanjakan Sinaik. Di situ pula, untuk terakhir kalinya mendapat jaringan internet.

Sejatinya perjalanan memang untuk dinikmati apalagi jika menembus rimba. Dengan kontur tanah perbukitan, tentunya tak membosankan saat perjalanan. Namun, apa jadinya jika suatu daerah sulit terhubung satu sama lain. Terkadang hanya ada sekolah dasar di wilayahnya baru kemudian keluar daerah untuk melanjutkan sekolah seperti di Desa Muara Selaya dan Tanjung Karang.

Itu salah satu kekhawatiran pengunjung dan juga masyarakat terhadap dunia pendidikan. Namun, itulah yang masih terjadi di tanah air. Program pendidikan merata memang harus diseriusi.

Lebih jauh, sayup-sayup suara alam menembus ke alam bawah sadar. Suara angin dan kicauan burung yang saling sahut menyahut. Dengan begitu, jalanan tanah yang dilewati tak begitu terasa apalagi jika para kru dari mobil off road memberikan gurauan.

Semakin ke dalam, semakin banyak hala rintang yang musti diterjang mulai dari sungai hingga jalan yang cukup parah. Sehingga, 4x4 harus digunakan. Ada pula jembatan yang baru dibuat dan pertama kalinya pula kami yang melewati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun