Kemudian, cover atau terpal yang berwarna putih itu tampak diikat memutar mengelilingi tiang. Sementara, lokasi proyek masih dipagar seng serta tidak adanya lagi para pekerja.
Alamak! Ini sebenarnya barang-barang dan bahan-bahan yang dibuat untuk payung elektrik dari mana? Tidak mungkin kan asal beli begitu saja? Pasti sudah ada pengecekan terlebih dahulu kan? Mau heran tapi ini Riau.
Adanya peristiwa ini, Riau semakin dikenal dengan infrastruktur pembangunan yang melambat bahkan terkesan amburadul. Contoh nyatanya adalah jalan di Riau yang masih rusak berat. Dimana di Sumatera terburuk nomor satu.
Balik lagi ke payung elektrik Rp42 M. Sebenarnya, pemerintah mau membawa masalah ini sampai mana. Apakah akan diusut tuntas sembari menambah anggaran ke APBD atau hanya untul menambah pendapatan kantong. Tentulah jika untuk mengisi kantong semakin melukai hati rakyat.
Dana yang digunakan adalah uang rakyat. Rakyat mati-matian bayar pajak, pemerintah dengan mudah menghabiskan dan menghamburkan uang dalam artian untuk kepentingan perut pribadi.
Baiknya, para pejabat mulai mengubah pola pikir agar pembangunan daerah maju dan tidak hanya berkembang atau malah mengalami kemunduran. Kan makin tidak masuk akal saja, Riau yang terkenal dengan Sumber Daya Alam (SDA) tapi infrastruktur pembangunan tidak seimbang.
Semoga di akhir kepemimpinan Gubernur Riau Syamsuar, setidaknya jalan-jalan daerah yang ada di Riau bisa mulus. Kemudian, proyek-proyek yang sedang dijalankan tidak putus kontrak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H