Siapa yang tak tau tentang Riau. Salah satu provinsi di tanah air yang berada di Pulau Sumatera dengan sumber daya alam (SDA) yang terkenal gas dan minyak bumi. Orang-orang menyebutnya atas bawah minyak.
Ya, itu tidak salah. Di atas ada minyak yang bersumber dari kelapa dan kelapa sawit. Di bawah juga ada minyak bumi yang dihasilkan bahkan perusahaan asing pun berinvestasi di Bumi Lancang Kuning.
Jika dibilang Riau menjadi salah satu provinsi kaya di Indonesia. Bagaimana tidak dari SDA minyak saja bisa memancing investor untuk investasi di Riau. Minyak mentah bisa diekspor.
Tak jarang, orang di luar Tanah Melayu, jika mendengar seseorang asalnya dari Riau pasti dicap "kaya". Padahal belum tentu. Itulah efek sawit yang menjadikan pembenaran dari pernyataan itu.
Patut saja Gubernur Riau Syamsuar menyebut, Riau menjadi provinsi  penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar di luar pulau Jawa.
"Riau menjadi penyumbang PDRB nomor 6 se-Indonesia. Kemudian, realisasi investasi Provinsi Riau terbesar ke-5 di Indonesia atau realisasi investasi terbesar di Pulau Sumatera," katanya yang dikutip di riauonline.co.id
Sebagai orang yang tinggal di Riau, saya tidak meragukan mengenai ekonomi. Namun, pemerataan jalan di Riau masih sangat kurang. Data BPS menyebut, bahwa Riau menjadi provinsi nomor 1 dengan prestasi jalan rusak berat se-Sumatera. Tentunya, ini memalukan. Bagaimana bisa provinsi yang dikenal atas bawah minyak namun jalan masih banyak yang rusak. Oh bumiku.
Parahnya lagi pernyataan dari Kadis PUPR-PKPP M Arief Setiawan kepada awak media. Disebutnya, itu data 2021 dan data terbaru akan dirilis satu atau dua bulan kemudian.
Jika dikaji dan secara logika, artinya memang jalan di Riau itu rusak parah. Mau dalih itu 2021 sekalipun, data itu benar bahwa jalan di Riau rusak parah. Sungguh dagelan.
Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis mengenai jalan rusak di Pekanbaru. Tak lama kemudian viral seorang pemuda yang mengecor dan memperbaiki jalan di Parit Indah, Bukitraya, Pekanbaru, dengan dana pribadi.
Lucunya di negara wakanda ini adalah orang berbuat baik saja diteror orang apalagi berbuat buruk. Ya, ruko dari Pemuda bernama Bambang itu diteror oleh Orang Tak Dikenal (OTK). Saat diamankan pihak berwajib, dinyatakan para pelaku mengalami gangguan jiwa sehingga proses hukum berlangsung damai.
Bagaimana reaksi teman-teman setelah membaca beberapa penggalan kisah di kampung halamanku Riau? Banyak surat cinta yang inginku sampaikan kepada pemerintah.
Pertama mengenai jalan rusak di berbagai kabupaten/kota. Saya ingin mengawali perjalanan ketika saya pulang kampung dari Pekanbaru ke Rokan Hulu (Rohul).
Kepada bapak/ibu pejabat, mohon izin agar jalan di Pekanbaru juga di perbaiki. Masih banyak jalan rusak di ibukota Tanah Melayu akibat Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD). Mohon kali kepada pemegang proyek setelah menyelesaikan kegiatan agar di aspal mulus. Setidaknya seimbang. Tidak tempel sana sini. Capek kali rasanya mengingatkan pemberi dan pemegang proyek ini. Tapi, kalau capek gimana nasib pembangunan infrastruktur di Riau nanti.
Kedua, jalan lintas yang berada di Kampar mohon juga diperbaiki. Saya mengucapkan terima kasih karena jalan di daerah Petapahan, Kampar, telah di over lay atau sulam. Sehingga, saat mudik kemarin jalanan sudah mulus.
Kendati begitu, saya masih menemukan jalan lintas yang rusak setelah Petapahan yakni Kasikan dan Suka Ramai (Suram). Ini kondisi yang rusak di situ-situ saja. Parahnya lagi karena jalan dilintasi oleh mobil berat seperti pengangkut sawit, CPO, dan kayu, menjadikan jalanan bergelombang. Jika, tidak hati-hati pengendara bisa jatuh.
Ketiga, mohon izin, saya tidak berharap banyak karena memang mungkin akses ke desa belum tau kapan disentuh oleh pemerintah. Namun, setidaknya jalan-jalan ke desa juga diperhatikan. Entah itu pengerasan dengan sirtu, syukur-syukur di aspal.
Dan untuk jalan desa yang sudah di aspal kemudian berlubang banyak sekali seperti yang beberapa waktu lalu saya lewati di daerah Indragiri Hulu (Inhu), sekiranya juga diperbaiki. Saya yang baru sekali ke sana, mengikuti safari ramadan rasanya badan seperti mau patah. Apalagi warga di sana?
Bagaimana tidak, di dalam mobil hiace saja, saya dan rekan-rekan terhantuk-hantuk. Sangking parahnya jalan di daerah Pasir Penyu, Inhu, Riau.
Mau tau yang paling parah lagi. Jalan lintas Kuala Cenaku, Inhu. Wih, teman-teman bolehlah offroad di sana. Asli ga kebayang kalau jadi warga sana.
Untuk diketahui, jalan tersebut adalah jalan lintas. Namun, karena bersebelahan dengan Sungai Indragiri, maka jika musim hujan tiba, jalan tersebut kerap longsor dan akses lumpuh. Sehingga, pembangunna turap pun masih berlangsung.
Tidak hanya itu, mobil batu bara yang melintas melebihi muatan pun menjadikan jalan makin rusak. Jika tanya, dimana turut andil pemerintah menangani masalah jalan? Tenang, tenang, ini tahun politik.
Maka, di akhir masa jabatan sembari safari ramadan, saya berkesempatan mengikuti rombongan Gubernur Riau kunjungan kerja (kunker) ke Inhu dan Indragiri Hilir (Inhil). Pak gub menyebut, di akhir masa jabatannya, jalan-jalan di Riau menjadi prioritas untuk diperbaiki.
Tak heran, saat kunker ke Inhu di pertengahan ramadan 1444 H kemarin, jalan-jalan sedang diperbaiki menggunakan alat berat. Entah itu mengejar untuk mudik, akhir masa jabatan, atau politik. Kita lihat saja nanti.
Jalan di Kuala Cenaku itu merupakan jalan lintas yang menghubungkan dengan Inhil. Jalan itu juga jalur Lintas Timur. Tak hanya jalan, masalah lainnya terletak pada jembatan. Untuk diketahui Inhil dijuluki negeri seribu parit. Jadi, ketika di sana kita akan melintasi jembatan yang tak terhitung.
Namun, jika melintasi jembatan teman-teman harus siap antara merem kendaraan atau melaju. Kenapa? Karena untuk masuk dan keluar jembatan itu aspalnya tinggi. Kendaraan bisa syok seketika.
Adanya pemberitaan mengenai sanggahan Kadis PUPR-PKPP itu, salah satu teman asal Tembilahan, Inhil, yang kerap disapa Qia lebih percaya kepada sopir travel.
"Saya lebih percaya sopir travel daripada omongan bapak. Bagaimana tidak, saya kerap ke Pekanbaru lewat sini (naik motor atau mobil) dan jalannya rusak. Kalau bukan sopir travel yang saya hubungi siapa lagi? Kadang kawan," katanya dengan nada meninggi.
Ditanya soal, perbaikan jalan di Kuala Cenaku, ia menyebut, jalan hanya akan bagus saat menjelang lebaran. Setelah itu, tinggal menunggu itungan bulan, akan rusak kembali.
"Itu maunya mobil batu bara diberi sanksi jangan peringatan mulu. Mobil-mobil lain yang bermuatan odol juga. Susah kalau mau ke Pekanbaru jadinya. Kalau dah rusak gini harus mutar lewat Kuansing, makin jauh," pintanya.
Ya begitulah kondisi jalan di Riau. Untuk bisa sampai ke Inhil saja dari Pekanbaru bisa membutuhkan waktu 8 sampai 10 jam dengan perjalanan darat. Belum lagi jika di Inhil daerah pedesaan harus menggunakan jalur air. Butuh berapa lama lagi warga untuk sampai kampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H