Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis mengenai jalan rusak di Pekanbaru. Tak lama kemudian viral seorang pemuda yang mengecor dan memperbaiki jalan di Parit Indah, Bukitraya, Pekanbaru, dengan dana pribadi.
Lucunya di negara wakanda ini adalah orang berbuat baik saja diteror orang apalagi berbuat buruk. Ya, ruko dari Pemuda bernama Bambang itu diteror oleh Orang Tak Dikenal (OTK). Saat diamankan pihak berwajib, dinyatakan para pelaku mengalami gangguan jiwa sehingga proses hukum berlangsung damai.
Bagaimana reaksi teman-teman setelah membaca beberapa penggalan kisah di kampung halamanku Riau? Banyak surat cinta yang inginku sampaikan kepada pemerintah.
Pertama mengenai jalan rusak di berbagai kabupaten/kota. Saya ingin mengawali perjalanan ketika saya pulang kampung dari Pekanbaru ke Rokan Hulu (Rohul).
Kepada bapak/ibu pejabat, mohon izin agar jalan di Pekanbaru juga di perbaiki. Masih banyak jalan rusak di ibukota Tanah Melayu akibat Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD). Mohon kali kepada pemegang proyek setelah menyelesaikan kegiatan agar di aspal mulus. Setidaknya seimbang. Tidak tempel sana sini. Capek kali rasanya mengingatkan pemberi dan pemegang proyek ini. Tapi, kalau capek gimana nasib pembangunan infrastruktur di Riau nanti.
Kedua, jalan lintas yang berada di Kampar mohon juga diperbaiki. Saya mengucapkan terima kasih karena jalan di daerah Petapahan, Kampar, telah di over lay atau sulam. Sehingga, saat mudik kemarin jalanan sudah mulus.
Kendati begitu, saya masih menemukan jalan lintas yang rusak setelah Petapahan yakni Kasikan dan Suka Ramai (Suram). Ini kondisi yang rusak di situ-situ saja. Parahnya lagi karena jalan dilintasi oleh mobil berat seperti pengangkut sawit, CPO, dan kayu, menjadikan jalanan bergelombang. Jika, tidak hati-hati pengendara bisa jatuh.
Ketiga, mohon izin, saya tidak berharap banyak karena memang mungkin akses ke desa belum tau kapan disentuh oleh pemerintah. Namun, setidaknya jalan-jalan ke desa juga diperhatikan. Entah itu pengerasan dengan sirtu, syukur-syukur di aspal.
Dan untuk jalan desa yang sudah di aspal kemudian berlubang banyak sekali seperti yang beberapa waktu lalu saya lewati di daerah Indragiri Hulu (Inhu), sekiranya juga diperbaiki. Saya yang baru sekali ke sana, mengikuti safari ramadan rasanya badan seperti mau patah. Apalagi warga di sana?
Bagaimana tidak, di dalam mobil hiace saja, saya dan rekan-rekan terhantuk-hantuk. Sangking parahnya jalan di daerah Pasir Penyu, Inhu, Riau.