Berkaca dari sini, meski saya tidak memberi contoh kasus, kiranya mari kita bersama-sama berpikir dahulu sebelum bertindak. Saya bukan ingin menggurui, sebab saya juga masih belajar. Jadi, mari kita belajar bersama dan saling mengingatkan untuk hidup yang lebih baik tanpa menyakiti siapapun termasuk menyakiti diri sendiri.
Kasus menyakiti diri sendiri pun kerap dialami setiap orang. Contohnya, belum bisa menerima luka dan trauma masa kecil entah itu karena bullying dan faktor lainnya yang hingga usianya yang terus bertumbuh belum kunjung sembuh.
Tidak tau mau cerita dengan siapa atau tidak ada tempat curhat dapat membuat pemilik luka dan trauma itu menjadi stress dan depresi. Syukur-syukur jika individu tersebut dapat mengatasi masalahnya sendiri. Yuk, mari miliki satu orang dalam hidup yang bisa diajak bertukar cerita agar luka lama yang masih bersarang di tubuh kita bisa kita maafkan.
Teman-teman sekalian, sekalipun dalam penerimaan proses maaf perlu mengeluarkan air mata, tumpahkanlah. Selagi, dapat menyelesaikan masalah. Terima kasih untuk kamu yang kuat yang sudah bisa memaafkan orang lain dan juga memaafkan diri sendiri. Mari tetap tumbuh dan kuat bersama. Cheers
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H