Permainan yang terdiri dari 12 orangs per tim yang kemudian berlaga di tanah lapang dengan satu tim lainnya itu memperebutkan bola agar bisa mencetak gol. Orang-orang pun membuat fans club kemudian menonton secara virtual maupun ke stadion langsung.
Jika sudah ada piala dunia, pembahasan kaum adam semakin memanas baik di kedai kopi, pos ronda, maupun tempat tongkrongan lainnya. Terkadang timbul saling ejek antar mereka namun itulah serunya saat memperjuangkan club kesayangannya.
Dengan begitu, kekompakan semakin erat asal jangan sampai menimbulkan tawuran antar sesama. Mesku telah diingatkan, terkadang masih saja terjadi tawuran dan tidak dapat dihindarkan.
Alih-alih menyoal bola, lalu siapakah jagoan teman-teman di piala dunia 2026? Sudahkah tergambar dari sekarang atau masih menerawang ingin menjagokan siapa? Atau malah ada yang sudah terpikir untuk menonton langsung di salah satu tiga negara yang ditunjuk jadi tuan rumah? Atau menonton bersama keluarga dam teman secara daring?
Semua hal di atas adalah pribadi teman-teman dan tidak bisa dipaksakan. Bahkan, satu keluarga saja bisa beda klub bola favoritnya. Begitu juga dengan teman satu tongkrongan.
Poinnya adalah bagaimana bisa menghargai pilihan satu sama lain meski tak jarang kita yang dipolitisasi oleh pemerintah perihal bola. Bisa kita lihat perjalanan sepak terjang bola di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H