Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pembangunan Masjid Dengan Arsitektur Melayu dan Eropa Dibiayai Seorang Mualaf Tionghoa

8 April 2023   23:43 Diperbarui: 8 April 2023   23:44 1862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Mujahidin di Jalan Jendral, Labuh Baru, Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.

Masjid menjadi rumah ibadah umat muslim. Disetiap belahan dunia, masjid pun memiliki ragam dan ciri baik dari gaya arsitektir serta filosofi yang beranega ragam.

Di Bumi Lancang Provinsi Riau, selain Masjid Agung An-nur yang terkenal oleh khalayak, namun masjid yang satu ini tidak kalah indah dan estetik. Masjid yang didominasi warna kuning dan keemasan pada ornamennya ini, menjadi ciri khas dari Masjid Al Mujahidin di Jalan Jendral, Labuh Baru, Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.

Mulanya, masjid tersebut didirikan pada 1983. Wakaf tanah dari almarhum H Saridin Datuk Bendaro Jambak. Selain itu, ia pun yang memodali pembangunan masjid.

Begitulah disampaikan Ketua Umum Pengurus Masjid Al Mujahidin, Jabar Nur Said. Dana yang dikucurkan sebesar 1 M di atas tanah 90 meter x 50 meter yang juga merupakan hasil dari pembebasan lahan.

Seiring berjalannya waktu masjid pun terus mengalami renovasi, tepatnya pada 2008. Peletakan batu pun langsung oleh Gubernur Riau pada zamannya, yakni Rusli Zainal.

Halaman masjid ditanami pohon Burma. Foto: Sofiah.
Halaman masjid ditanami pohon Burma. Foto: Sofiah.


Menariknya, pembangunan masjid yang halamannya ditanami pohon kurma ini dibiayai oleh salah seorang mualaf Tionghoa sebesar Rp5 M. Sehingga, dalam waktu 2 tahun pembangunan masjid pun rampung.

Pasca pembangunan selesai, pada Agustus 2011, pengurus masjid diajak oleh seorang Tionghoa itu untuk bisa menuntun dan masuk ajaran Islam. Secara langsung meminta bantuan untuk mengganti agama di KTP.

"Sejak saat itu ia masuk muslim dan namanya menjadi Aseng Marsudi. Setelah itu disusul istrinya. Kini mereka pun kerap melakukan jamaah di masjid," tuturnya.

Masjid permanen yang kokoh dengan didominasi warna kuning, hijau, dan keemasan itu rupanya memiliki arti yakni melambangkan Melayu. Baik dari segi corak maupun ornamennya. Sehingga, pengrajin pun didatangkan khusus yang membuat ornamen Melayu.

Sementara, gaya eropa ditampilkan di pintu masuk masjid yang mirip segitiga. Dan beberapa bentuk tulisan arab yang melambangkan orang sujud di dinding bagian luar masjid.

Keunikan lainnya, menara yang dibangun setinggi 17 meter melambangkan jumlah rakaat sholat wajib. Sementara, kubah yang berjumlah empat adalah sahabat dari Rasulullah Saw.

"Masjid kami pun menjadi salah satu masjid Paripurna yang ada di Pekanbaru. Saat hari biasa bisa menampung jamaah di lantai dasar 1.000 orang dan di lantai dua 500 orang," ungkapnya.

Pekarangan masjid pun semakin menambah nuansa sejuk lantaran ditanami pohon kurma yang didatangkan langsung dari Masjid Agung An-nur pada 2016. Terdapat 9 jumlah pohon kurma. Katanya, Walikota dan Gubernur saat itu turut serta menanam pohon kurma tersebut.

Saat puasa ramadan tiba, kegiatan pun berlangsung sebagaimana masjid-masjid pada umumnya menyelenggarakan. Saat pagi pukul 09.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB para jamaah perempuan melakukan tadarus. Lalu, malam hari selepas tarawih giliran jamaah baik orangtua maupun remaja melafaskan tadarus.

"Alhamdulillah selama puasa kegiatan di masjid berjalan dengan lancar. Saat subuh, zuhur, dan isya selalu kami beri kajian. Dan saat berbuka kami beri takjil untuk para jamaah maupun musafir," ujarnya.

Pada malam 17 ramadan membuat tablig akbar.  Sementara, untuk itikaf di masjid tersebut belum ada agenda khusus. Para jamaah masih menjalankan ibadah sendiri-sendiri.

Lanjutnya, untuk santunan anak yatim akan dilangsungkan menjelang tujuh hari terakhir ramadan. Disetiap bulannya pun anak yatim selalu mendapat pesangon. Untuk anak SD diberi Rp100 ribu, SMP diberi Rp 150 ribu dan SMA diberi Rp 250 ribu.

Masjid tersebut pun memiliki yayasan, yang berdiri sejak masjid tersebut dibangun. "Dulu namanya yayasan tunas harapan, sementara sekarang bernama Yayasan Cendikia," imbuhnya.

Harapannya, semoga masjid yang dibangun besar tersebut selalu ramai dihadiri para jamaah. Sehingga tidak hanya masjidnya yang megah, namun kemegahan pun timbul untuk menjadi hamba Allah SWT yang  semakin dekkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun