Dengan adanya perpustakaan semakin menarik minat pengunjung. Agar bisa bertahan lama, tersedia juga coffee shop, sehingga pengunjung bisa membaca buku dengan anteng serata healing.
Tak hanya itu, di anjungan Kampar pun kerap beberapa kali mengadakan acara seperti lauching komik dinding oleh seniman di Pekanbaru. Di sisi lain, ada juga pendopo yang bisa dijadikan tempat untuk relaksasi setiap pengunjung yang datang.
Sedikit disayangkan memang, dari proyek terbengkalai hingga harus merelakan anjungan dirobohkan. Belum lagi, beberapa anjungan terlihat tidak terurus. Ilalang pun tampak tinggi hingga adanya hewan peliharaan disekitar kompleks.
Riau memang dikenal dengan konsep bangun membangun, namun jangan ditanya untuk perawatan. Susah bosku. Banyak gedung yang kadang hanya sekali pakai ataj digunakan ketika ada acara besar. Sehingga, anggaran yang keluarkan untuk renovasi cukup besar. Doakan saja semoga pemerintah bisa lebih kritis dan menjaga yang sudah ada alias dibangun.
Ok, mari kita lanjut, jika malam hari, akan menjadi wisata asap lantaran banyak yang berjualan jagung bakar maupun sate di muka pintu masuk anjungan. Bangku warna-warni pun berjejeran di sepanjang trotoar area MTQ.
Mundur ke belakang, Riau memang memiliki kisah dengan asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Bahkan, itu sudah bukan rahasia umum dan terkesan seperti jargon. Jika ditanya asal dari mana dan menjawab Riau. Si penanya langsung bilang "oh yang banyak asap dan suka kebakaran"
Bumi Lancang Kuning kerap dilanda kabut asap dan hampir setiap tahun. Terparah pada 2015 dengan jarak pandang hanya 20 meter. Para siswa/i, pelajar, dan mahasiswa pun diliburkan. Bahkan penerbangan pun terganggu baik dalam negeri maupun luar negeri. Kasus ispa dan yang meninggal karena ispa pun ada.
Jika dilihat beberapa tahun belakang, bencana kabut asap mulai berkurang. Artinya, pemerintah mulai sadar untuk menangani karhutla.
Asap tebal mengudara. Aroma jagung bakar, sate padang, sosis bakar, dan lain sebagainya mengunggah setiap pengendara yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman.
Pengendara bisa memakirkan kendaraan di dalam secara gratis. Terkadang, juga berbayar Rp2 ribu. Dengan begitu, jalan protokol pun tidak terganggu kemacetan.
Menikmati kuliner di Pekanbaru tak lengkap jika tidak mencicipi food street. Tidak hanya makan, minum pun harus. Seperti teh talua ataupun aia akar serta es tebu.