Â
"Suara kalian. Suara lo semua. Bukan gue. Tanpa kalian gue nothing. Yang berhasil adalah kalian. Yang didengar adalah suara kalian. Bukan gue. Masihkah lo pesimis? Atau lo berani bilang "Ini saatnya gue berbuat sesuatu."
Buku "Diary Gue, Diary Loe" karya Melanie Subono (Penyanyi, Aktivis HAM dan Ambasador Pekerja Migran Indonesia di Delapan Negara) yang terbit pada Mei 2014 dengan jumlah halaman 114 menjadi sorotan kedua mataku. Awalnya aku pikir ini sebuah buku yang bercerita mengenai kisah drama percintaan kawula pada umumnya. Ternyata aku salah besar, setelah membaca buku ini.
Bahasa yang digunakan dalam buku tersebut menggunakan campuran bahasa, ada bahasa Indonesia, bahasa asing (Inggris) dan logat Jakarta seperti Gue dan Loe. Sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami.
***
Buku ini bercerita tentang kecintaan penulis terhadap Indonesia khususnya kasus-kasus seperti Kasus Munir, kasus TKW bernama Imas Tati, kasus seorang anak manusia bernama Risa, kasus September (Munir, Tanjung Priok, Semanggi II, G30S), kasus pembunuhan oleh siswa karena bullying, mengenai bahasa Indonesia yang masih salah ucap sehingga makna berbeda, hingga kasus antara latah dan tren yang masih bertahan di Indonesia sampai akhirnya penulis berhasil membuat petisi kepada Ketua Satgas TKI dan Hakim atas dasar dukungan suara 11 ribu tanda tangan manusia.
Berikut kesimpulan dari Bab Satu di Antara Seribu bercerita tentang kekesalan penulis terhadap beberapa orang yang suka memandang buruknya daripada baiknya, meski sedikit saja. Seperti pepatah "Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga" pada praktiknya mengesalkan jika merasakan nila setitik tadi.
Dicontohkan dalam bukunya - ketika lo udah beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun tidak bertemu dengan seseorang. Singkat cerita akhirnya lo bertemu. Tapi, saat ketemu dan dia mengamati kamu sejenak yang keluar hanyalah "Anjr*t! Lo gendut banget ya sekarang!"
And that's it. Drop.Â
Atau mungkin kamu pernah menyelesaikan satu single atau bahkan satu album full. Dengan  menuangkan semua energi yang kamu punya. Saat kamu bangga mempersembahkan karyamu pada kawanmu, pada kenyaataannya yang keluar "Ih, lagu nomer empat, las reff lo agak fals, ya."