Mohon tunggu...
Sofia Dani Rosdiana
Sofia Dani Rosdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - 23107030008 prodi Ilmu Komunikasi Mahasiswa semester 2

Mulai menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jogja Tidak Bisa Diam! Gelaran Budaya Jogja Cross Culture Kembali Diselenggarakan

29 Mei 2024   00:50 Diperbarui: 29 Mei 2024   03:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Sofia Dani Rosdiana 

Bagi saya Jogja adalah kota yang kental akan warisan kebudayaanya. Hampir semua sudut kota Jogja memiliki nilai histori tersendiri. Cagar-cagar budaya-pun banyak didirikan di sini. Tak heran jika Jogja menjadi salah satu kota jujukan bagi para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara. Banyak dari mereka ingin menikmati wisata, sembari mengenal lebih jauh tentang keudayaan yang ada di Jogja.

Menurut saya Jogja juga menjadi salah satu kota yang masih mempertahankan nilai-nilai luhur nenek moyangnya. Di era gempuran budaya asing yang masuk, Kota Jogja masih bisa mempertahankan keistimewaan dari kota itu sendiri. Contohnya saat anda berkunjung ke jantung Kota Jogja, Malioboro. Dimana Malioboro bukan hanya sekedar jalan saja, namun  Malioboro adalah cerminan dari kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Tempat yang terbuka untuk semua orang. Beragam aktivitas terdapat di dalamnya.

Mulai dari kuliner, pusat perbelanjaan, hiburan dan masih banyak lagi bisa anda dapatkan di Malioboro. Hebatnya lagi semua keberagaman itu mencampur jadi satu di sepanjang jalan Malioboro, dengan tanpa menghilangkan ciri khas yang ada di Yoogyakarta. Kehidupan modern dan kehidupan tradisional saling bejalan beriringan tanpa meninggalkan atau tertinggal satu sama lain, untuk menghidup-hidupkan kota Malioboro.

Hal tersebut tentunya tak luput dari peran Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kota Yogyakarta yang terus berupaya menjaga kelestarian budaya yang ada di Kota Jogja khususnya di Malioboro. Baru- baru ini saja, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kota Yogyakarta, kembali mengadakan gelaran budaya Jogja Cross Culture, yang diadakan pada Sabtu (25/6/2024). Gelaran budaya ini menampilkan pertunjukan seni dari 14 kemantren yang ada di Kota Jogja. Dengan mendirikan 14 panggung dan satu panggung utama di sepanjang jalan Malioboro, acara ini sukses digelar.

Berbagai pengunjung dari daerah yang berbeda- beda berkumpul jadi satu memadati kawasan Malioboro. mereka berbondong- bondong untuk menyaksikan berbagai pertunjukan yang ada. Saya-pun tak mau ketinggala menyaksikan pagelaran akbar ini. Antusias penonton sudah terasa sejak ba'da maghrib. Niat hati saya berangkat setelah maghrib agar tak terkena macet, karena pagelaran mulai pukul 19.00 WIB. Namun, apa daya saya tetap terkena macet saking banyaknya penonton yang ingin menyaksikan.

Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Tapi, sesampainya di lokasi, rasa letih saya tergantikan dengan rasa takjub. Bagaimana tidak, jalan Malioboro yang biasanya ramai tapi lancar, malam itu menjadi lautan manusia yang sangat menakjubkan. Semua mengerubungi panggung-panggung yang ada. Kilauan lampu warna-wari menghiasi langit Jogja kala itu. Musik- musik di setel sepanjang jalan saling sahut- sahutan.

Kali ini Jogja Cross Culture mengambil tema " Rikat, Rakit, Raket." Makna tema tersebut merupakan doa yang dipanjatkan melalui penyelenggaraan Jogja Cross Culture itu sendiri. Secara detail Rikat menggambarkan masyarakat Kota Jogja dengan mobilitas tinggi dan kerja keras. Selanjutnya Rakit merupakan pemaknaan dari kolaborasi sehingga menuju sebuah penyempurnaan dan Raket merupakan hasil akhir yaitu persatuan dan kebersamaan.

Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Salah satu panggung yang saya tonton menampilkan bermacam- macam tarian tradisional yang menyulap mata. Uniknya para penari terlihat masih usia pelajar, tapi, mereka sangat luwes dalam menari. Gerakan yang kompak seirama dengan musik membuat saya terkagum-kagum, ternyata budaya kita sangat- sangat menakjubkan.

Sumber : Sofia Dani Rosdiana
Sumber : Sofia Dani Rosdiana
Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Ada juga yang mempertontonkan cara pembuatan batik secara live di depan para penonton. Dan ada juga yang mengajak penonton ikut serta untuk membatik. Pembuatan kue tradisional yang dimasak menggunakan arang juga saya jumpai di sana.

Sumber : Sofia Dani Rosdiana 
Sumber : Sofia Dani Rosdiana 

Selesai menyusuri semua panggung dimulai dari titik nol kilometer sampai tugu Jogja, saya pun memutuskan untuk kembali. Namun sesampainya di depan pasar Beringharjo saya mendapati kerumunan yang snagat ramai. Ternyata setelah saya cek itu adalah Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang berkunjung untuk menyapa masyarakatt yang sedang  memeriahkan pagelaran budaya ini. Betapa terkejutnya saya bisa menyaksikan Bapak Presiden Jokowi meskpun dari jauh.

Saya sebagai warga asli Jogja sangat bersyukur dengan adanya pagelaran budaya ini. Saya juga berharap agar Dinas Kebudayaan Kota Jogja bisa selalu tetap menyelenggarakan acara ini di tahun- tahun mendatang. Agar kebudayaan yang ada di Yogyakarta ini bisa tetap lestari dan tetap menjadi bentuk keistimewaan Kota Jogja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun