Bantul kembali mengadakan Festival Kuliner Mataraman yang sudah menjadi event tahunan. Festival ini digelar dengan tujuan untuk mengenalkan dan mempromosikan kuliner khas Kabupaten Bantul, serta melestarikan kuliner tersebut agar tidak lekang oleh waktu.
Pada Sabtu (25/6/2024) Dinas Pariwisata (Dinpar) KabupatenTahun ini Festival Kuliner Mataraman berlangsung di Pantai Baru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul. Sekaligus bertujuan untuk mengenalkan keindahan pantai di sisi barat Bantul, yang tak kalah bagus dari pantai Parangtritis dan sekitarnya. Jadi, selain dapat menyaksikan kemeriahan Festival Kuliner Mataraman, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Pantai Baru.
Kegiatan memasak mie lethek dimulai dari pukul 05.30 WIB oleh para anggota KWT atau Kelompok Wanita Tani. Terdapat tujuh KWT yang berasal dari tiga kapanewon yang ada di Bantul, yaitu Kapanewon Bantul, Kapanewon Srandakan dan Kapanewon Pandak.
Salah satu anggota KWT Karya Boga Dukuh Sabdodadi pada (25/6/2024) mengatakan bahwa mereka sudah sampai lokasi pada pukul 05.00 WIB dan langsung mulai persiapan memasak. "Bahan-bahan sudah siap dari rumah, sampai sini tinggal tata-tata terus setengah enam sudah mulai masak."
Uniknya semua anggota KWT memakai pakaian adat dan juga jarik yang sudah menjadi ketentuan dari panitia. Dengan sedikit aksesoris yang melekat, para anggota KWT tidak kesusahan saat beraktivitas. Para anggota saling gotong royong membagi tugas agar pekerjaan cepat selesai. Sebagian memasak, sebagian lagi yang menyajikan mie lethek ke atas meja penilaian.
Proses memasak mie lethek tidak membutuhkan waktu lama, sehingga pada pukul 07.00 mie lethek sudah mulai disajikan. Penyajian mie lethek tidak memakai piring atau mangkuk, melainkan menggunakan daun pisang yang sudah di potong sesuai ukuran dan ditusuk ujungnya, atau orang Jawa menyebutnya dipincuk. Selain ramah lingkungan, penyajian mie lethek menggunakan daun pisang juga termasuk cara penyajian tradisional yang sudah jarang ditemui.
Sembari menunggu mie lethek selesai di sajikaan semua, panitia mengadakan beragam kegiatan yang tak kalah seru. Pada pukul 08.00 WIB digelar lomba mewarnai dan menggambar yang ditujukan kepada anak-anak usia PAUD/TK/ SD/MI se- Kabupaten Bantul. Para peserta lomba mewarnai dan menggambar sangat antusias dan berani. Semua peserta membawa alat mewarnai dan menggambar masing-masing, dan para orang tua menonton dari pinggir area lomba.
Selain lomba mewarnai dan menggambar, ada juga penampilan kesenian band dari siswa- siswi SMP dan SMA se- Kabupaten Bantul. Salah satunya dari siswa-siswi SMA N 3 Bantul, dengan nama band Bantulan. Bantulan membawakan dua lagu dengan dua penyanyi yang berbeda pula. Siswi pertama menyanyikan lagu cinderella milik Radja dan siswi kedua menyanyikan lagu Wirang milik Denny Caknan.
Tak sampai di situ, kemeriahan festival ini juga datang dari adanya tenant- tenant yang menjual makanan khas Bantul, terutama kuliner yang masuk Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Ada lima tenant yang tersedia dengan jenis mkanan yang berbeda-beda. Di antaranya, Mie Lethek dari Srandakan, Mie Pentil, Miedes dan Geplak dari Pundong, Kipo dari Kotagede, Sate Klathak dan Rambak Asin dari Pleret, Lemper dari Sanden, Gudeg Manggar dari Pajangan, Pecel Kembang Turi dan Wedang Uwuh dari Imogiri, Es Kunir Asem Kiringan dari Jetis dan Peyek Tumpuk dari Bambanglipuro.