Mohon tunggu...
Sofia Dani Rosdiana
Sofia Dani Rosdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - 23107030008 prodi Ilmu Komunikasi Mahasiswa semester 2

Mulai menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencatatan Rekor Muri Sajian Mie Lethek Terbanyak di Festival Kuliner Mataraman, Bantul

25 Mei 2024   23:35 Diperbarui: 25 Mei 2024   23:37 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)

Pada Sabtu (25/6/2024) Dinas Pariwisata (Dinpar) Kabupaten Bantul kembali mengadakan Festival Kuliner Mataraman yang sudah menjadi event tahunan. Festival ini digelar dengan tujuan untuk mengenalkan dan mempromosikan kuliner khas Kabupaten Bantul, serta melestarikan kuliner tersebut agar tidak lekang oleh waktu.

Tahun ini Festival Kuliner Mataraman berlangsung di Pantai Baru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul. Sekaligus bertujuan untuk mengenalkan keindahan pantai di sisi barat Bantul, yang tak kalah bagus dari pantai Parangtritis dan sekitarnya. Jadi, selain dapat menyaksikan kemeriahan Festival Kuliner Mataraman, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Pantai Baru.

Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)

Kegiatan memasak mie lethek dimulai dari pukul 05.30 WIB oleh para anggota KWT atau Kelompok Wanita Tani. Terdapat tujuh KWT yang berasal dari tiga kapanewon yang ada di Bantul, yaitu Kapanewon Bantul, Kapanewon Srandakan dan Kapanewon Pandak.

Salah satu anggota KWT Karya Boga Dukuh Sabdodadi pada (25/6/2024) mengatakan bahwa mereka sudah sampai lokasi pada pukul 05.00 WIB dan langsung mulai persiapan memasak. "Bahan-bahan sudah siap dari rumah, sampai sini tinggal tata-tata terus setengah enam sudah mulai masak."

Uniknya semua anggota KWT memakai pakaian adat dan juga jarik yang sudah menjadi ketentuan dari panitia. Dengan sedikit aksesoris yang melekat, para anggota KWT tidak kesusahan saat beraktivitas. Para anggota saling gotong royong membagi tugas agar pekerjaan cepat selesai. Sebagian memasak, sebagian lagi yang menyajikan mie lethek ke atas meja penilaian.

Proses memasak mie lethek tidak membutuhkan waktu lama, sehingga pada pukul 07.00 mie lethek sudah mulai disajikan. Penyajian mie lethek tidak memakai piring atau mangkuk, melainkan menggunakan daun pisang yang sudah di potong sesuai ukuran dan ditusuk ujungnya, atau orang Jawa menyebutnya dipincuk. Selain ramah lingkungan, penyajian mie lethek menggunakan daun pisang juga termasuk cara penyajian tradisional yang sudah jarang ditemui.

Sembari menunggu mie lethek selesai di sajikaan semua, panitia mengadakan beragam kegiatan yang tak kalah seru. Pada pukul 08.00 WIB digelar lomba mewarnai dan menggambar yang ditujukan kepada anak-anak usia PAUD/TK/ SD/MI se- Kabupaten Bantul. Para peserta lomba mewarnai dan menggambar sangat antusias dan berani. Semua peserta membawa alat mewarnai dan menggambar masing-masing, dan para orang tua menonton dari pinggir area lomba.

Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)

Selain lomba mewarnai dan menggambar, ada juga penampilan kesenian band dari siswa- siswi SMP dan SMA se- Kabupaten Bantul. Salah satunya dari siswa-siswi SMA N 3 Bantul, dengan nama band Bantulan. Bantulan membawakan dua lagu dengan dua penyanyi yang berbeda pula. Siswi pertama menyanyikan lagu cinderella milik Radja dan siswi kedua menyanyikan lagu Wirang milik Denny Caknan.

Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)

Tak sampai di situ, kemeriahan festival ini juga datang dari adanya tenant- tenant yang menjual makanan khas Bantul, terutama kuliner yang masuk Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Ada lima tenant yang tersedia dengan jenis mkanan yang berbeda-beda. Di antaranya, Mie Lethek dari Srandakan, Mie Pentil, Miedes dan Geplak dari Pundong, Kipo dari Kotagede, Sate Klathak dan Rambak Asin dari Pleret, Lemper dari Sanden, Gudeg Manggar dari Pajangan, Pecel Kembang Turi dan Wedang Uwuh dari Imogiri, Es Kunir Asem Kiringan dari Jetis dan Peyek Tumpuk dari Bambanglipuro.

Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)
Sumber : dokumen pribadi (Sofia Dani Rosdiana)

Makanan tersebut dapat dinikmai dengan membayar sebesar 5 ewu atau lima ribu sampai 15 ewu atau limabelas ribu. Kecuali mie lethek yang akan dibagikan secara geratis kepaada semua pengunjung. Syarat untuk bisa mendapatkan mie lethek secara gratis yaitu, dengan mendapatkan voucher gratis makan yang dibagikan oleh panitia di pintu masuk Festival Kuliner Mataraman. Voucher yang tersedia sejumlah 5.000 porsi., dan di bagikan mulai pukul 09.30 WIB sampai pukul 11.00 WIB.

Pukul 12.00 WIB, ribuan pincuk mie lethek sudah siap di atas meja saji, dan kemudian langsung di hitung oleh panitia pencatatan rekor muri. Hasilnya ada sebanyak 5.433 porsi mie lethek, yang sekaligus menjadi pemecah rekor pembuatan mie lethek terbnyak se- dunia.

Mi lethek memang tidak memiliki makna khusus dan mendalam. Disebut Mi Lethek karena warna mie yang ke abu-abuan dan orang Jawa mengartikannya lethek atau kotor. Tapi ini termasuk makanan tradisional khas Bantul yang harus dilestarikan agar generasi selanjutnya dapat merasakan enaknya mie lethek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun