Mohon tunggu...
sofia ainur rohma
sofia ainur rohma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa kesehatan masyarakat di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sering Merasa Cemas Berlebihan Selama Pandemi? Bisa Jadi Gejala OCD

27 Maret 2022   14:35 Diperbarui: 27 Maret 2022   14:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 berdampak pada kondisi psikologis masyarakat. Kebijakan berdiam diri di rumah, menyebabkan masyarakat merasa bosan dan depresi.

Data dari (World Health Organization) WHO, menyatakan bahwa terdapat lebih dari 200 juta orang atau sekitar 3,6 % Dari populasi menderita kecemasan. Kecemasan yang dimaksud ini adalah kondisi kekhawatiran yang berlebih, sering merasa panik, dan gangguan Obsessive Compulsif Disorder (OCD).  

Sebuah suvei nasional di Cina menyatakan terjadi peningkatan gangguan panik, cemas, dan depresi selama pandemi. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia seperti yang dialami sederet artis tanah air. Salah satunya yaitu Afgan.

Afgan mengaku sering membersihkan setiap sudut rumahnya.

"Karena di rumah gue enggak ada yang OCD kayak gue. Jadi, kalau gue ingin setiap sudut rumah gue tanpa debu gitu, ya bersih-bersih," ujarnya.

OCD sendiri merupakan suatu ganguan yang membuat seseorang merasa takut berlebih (obsesi), dan melakukan aktivitas yang berulang (kompulsi).

Contoh gejala OCD yaitu sering mencuci tangan, takut meninggalkan rumah karena takut terkontaminasi, sering memeriksa  apakah sudah mematikan kompor atau tidak, sering mengulang kata-kata atau kalimat tertentu, dan masih banyak lagi.

Gejala OCD ini dapat mengganggu atau menghambat aktivitas seseorang. Seseorang kerap merasa tidak nyaman terhadap gejala tersebut.

Apabila seseorang mengalami gejala tersebut, bisa jadi orang tersebut menderita OCD. Segera konsultasi kepada psikolog atau dokter untuk menangani gejala tersebut agar tidak bertambah parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun