"Sebenarnya istri temannya itu yang bergabung duluan. Sudah empat tahun katanya. Suaminya yang bangkrut akibat pandemi, akhirnya takjub dengan penghasilan istrinya yang malah meningkat drastis. Maklum, selama pandemi kan, orang-orang panik dan mulai rutin mengkonsumsi suplemen untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Omzet istri teman Mas Rama melonjak. Karirnya meningkat pesat. Akhirnya teman Mas Rama itu dengan inisiatif sendiri bergabung menjadi downline istrinya."
"Lalu laki-laki itu merekrut suamimu. Begitukah, Shin?" sela Indah menegaskan.
Shinta mengiyakan. Hati wanita itu benar-benar resah. Dia kuatir suaminya akan semakin menjadi-jadi menginvestasikan simpanannya pada bisnis multilevel yang belum begitu dipahaminya.
"Kenapa kamu tidak mempercayai istri upline Mas Rama itu, Shin?" tanya Indah penasaran. "Apa dia pernah menipu kalian?"
Yang ditanya menggelengkan kepala. Wanita itu lalu mendesah. "Firasatku mengatakan perempuan itu sanggup menghalalkan segala demi mencapai ambisinya. Suaminya sih, baik menurutku. Tapi aku kuatir dia terpengaruh oleh istrinya. Biar bagaimanapun juga, mereka kan suami-istri. Dia pasti lebih mengedepankan kepentingan perempuan itu dibandingkan teman baiknya, kan?"
"Apa kamu sudah pernah mengutarakan firasatmu ini pada Mas Rama?"
"Sudah. Tapi dia malah menertawakanku. Menurutnya tak mungkin temannya yang bernama Boris itu akan menjerumuskan dirinya. Malah Mas Rama merasa kagum pada Vicky, istri si Boris. Seorang ibu rumah tangga biasa tapi mampu mendulang uang banyak dari bisnis yang tak mudah dijalani. Bahkan Boris yang dulunya seorang pengusaha akhirnya turut bergabung."
"Menurutku sudah waktunya kamu menegur Mas Rama, Shin. Jangan sampai pengaruh perempuan bernama Vicky itu menjadi lebih kuat lagi terhadap suamimu. Kalau kalian sampai bangkrut, masa dia mau mengulurkan tangan membantu kalian?"
"Aku tak berani menegur Mas Rama, Ndah," aku Shinta terus terang. "Dia begitu antusias menjalani bisnis ini. Setiap malam dia mempelajari strategi-strateginya melalui YouTube maupun video-video yang dikirim melalui WA oleh upline-nya. Waktu aku menasihatinya untuk mengurangi kebiasaan tidur larut malam, dia malah komplain kenapa aku tak mendukung upayanya mempelajari bisnis yang akan menyelamatkan keluarga kami dari keterpurukan ekonomi. Aku jadi tak bisa berkata apa-apa, Ndah. Mas Rama sudah terhipnotis oleh gemerlapnya bisnis itu."
"Kamu kok bisa tahu Mas Rama berkali-kali mentransfer sejumlah uang pada Vicky, Shin?"
"Dulu dia pernah memintaku mengambilkan uang di kartu ATM-nya. Aku ingat betul PIN kartu itu. Terus beberapa hari yang lalu aku mencoba mengakses akun internet banking Mas Rama dengan menggunakan PIN itu. Ternyata bisa. Ya syukurlah. Berarti Tuhan merestui tindakanku itu, kan? Hehehe...."