Berakhir sudah free trial Sonia selama tiga hari berturut-turut di sekolah. Ibunya berinisiatif menghadapku langsung untuk menanyakan hasil observasi kami.
"Hari pertama Sonia tidak mau berbaris dan bahkan mendorong teman di depannya hingga jatuh menyeruduk anak lain di depannya dan seterusnya hingga anak-anak itu akhirnya terjatuh semua, Bu," ujarku memulai laporan hasil observasi dan kulihat wanita di depanku itu tersipu malu.
Kemudian kulanjutkan ucapanku ,"Lalu saya menjadi guru pendamping Sonia di kelas. Ternyata kemampuan akademiknya setara dengan anak-anak lainnya. Hanya memang konsentrasinya mudah teralihkan begitu mendengar suara atau melihat sesuatu yang menarik hatinya. Kepatuhannya juga masih kurang, cenderung semaunya sendiri.Â
Kalau bosan mendengarkan guru bercerita, dia langsung berteriak meracau dan memukul-mukul meja. Jika menolak melakukan suatu aktivitas fisik, tantrumnya muncul dan ia menggigit punggung tangannya. Anak-anak lainnya memang merasa heran melihat perilakunya yang berbeda, tapi mereka tidak takut, Bu. Cuma mengeluhkan Sonia agak berisik dan melaporkannya pada guru apabila teman baru mereka ini marah-marah."
Bu Olga diam saja mendengarkan penuturanku. Ia kelihatannya memahami bahwa memang demikian adanya perilaku anak spesialnya.
"Pada hari kedua saya meminta orang lain untuk menjadi pendamping Sonia. Selanjutnya di hari yang ketiga saya mencoba orang yang berbeda, Bu. Mereka adalah guru-guru yang setiap hari bertugas di penitipan anak lantai dua. Akhirnya dari kedua orang itu saya pilihkan kandidat yang paling sesuai dengan karakter Sonia, apabila dia jadi bersekolah di sini. Tentunya guru pendamping itu akan saya latih dan pantau terus sampai bisa mengarahkan Sonia dengan baik."
Bu Olga terkesima. "Jadi anak saya diterima bersekolah di sini, Bu?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Sonia layak diberi kesempatan, Bu. Dia anak yang cerdas dan suka belajar. Setiap kali diberikan lembar kerja, dia tidak pernah menolak dan selalu mengerjakannya sampai selesai. Kalaupun dia tidak mengerti, masih bisa diarahkan pelan-pelan. Yah, sementara ini lembar kerja itu dan guru pendamping yang bisa membuatnya patuh. Selanjutnya kami akan mencari cara bagaimana supaya dia dapat bersosialisasi dengan teman-temannya dan mengikuti peraturan di sekolah secara mandiri."
"Terima kasih, Bu," kata wanita itu terharu. Senyuman penuh kelegaan mengembang di wajahnya yang polos tanpa riasan. "Sebelumnya saya meminta maaf terlebih dahulu kalau anak saya nantinya sering merepotkan. Dan apabila ada masukan-masukan untuk membuat Sonia lebih baik, silakan diberitahukan pada saya tanpa sungkan-sungkan. Nanti saya juga akan menyampaikannya kepada guru-guru les dan terapis-terapis Sonia. Karena perkembangan anak berkebutuhan khusus sangat bergantung pada kerja sama yang baik antara orang tua, guru, dan terapis."
"Baik, Bu Olga. Selamat bergabung di sekolah ini. Semoga Sonia betah di sini dan bisa kami bimbing agar menjadi lebih baik lagi," sahutku sembari mengulurkan tangan mengajak orang tua murid baruku itu bersalaman.
***