Mohon tunggu...
Sofia Amalia
Sofia Amalia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Guru PAUD

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikiran Bias Mengurangi Kreatifitas

18 Juni 2021   11:32 Diperbarui: 18 Juni 2021   11:45 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angka lima juga menjadi jawaban yang benar, bisa saja susunan tersebut adalah susunan bilangan prima 1-2-3-5.  Kata Haren delapan adalah jawaban yang paling kreatif, karena angka delapan jika diputas 90 derajat akan membenntuk lambang infinity (tak terhingga), karena setelah angka tiga masih banyak angka setelahnya (tak hingga).

Sama seperti kasus The Candle Problem tadi, kenapa jawaban-jawaban kreatif tersebut tidak terlintas di benak kita? Ketika jawaban-jawaban yang kreatif tadi dijelaskan, kita hanya mengangguk dan takjub.

Kita terlalu terpaku dengan fungsi awal yang kita ketahui, sehingga mengabaikan fungsi-fungsi lain yang sebenarnya logis. Fenomena terbatasnya kemampuan kita dalam menemukan fungsi lain disamping fungsi asli dari suatu hal --adalah jenis dari bias kogniti yang dikenal dengan Functional Fixedness. Fenomena ini sangat mempengaruhi kita berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Contohnya dalam kasus The Candle Problem tadi, kita mungkin terlalu terpaku dengan kotak yang fungsi aslinya adalah wadah dari paku payung, sehingga tidak terpikirkan oleh kita menggunakannya untuk meletakan lilin.

Peserta yang diperlihatkan contoh visual cenderung menyesuaikan ide mereka dengan contoh, bahkan setelah menyelesaikan tugas distraktor sebelum menghasilkan solusi mereka, atau diinstruksikan untuk menghindari mereproduksi solusi contoh (Smith, Ward, & Schumacher, 1993; Ward, Patterson, & Sifonis, 2004)---dalam Creative Enlightenment (medium.com)

Penyajian contoh secara visual juga mempengaruhi pikiran kita. Kita menganggap contoh yang disajikan adalah hal yang benar (satu-satunya), sehingga dalam memecahkan suatu masalah kita akan mengasosiasikan atau menghubungkan pikiran kita dengan contoh sebelumnya. Ujung-ujungnya ide yang kita pikirkan sebatas "gitu-gitu aja"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun