Mohon tunggu...
Sofia Amalia
Sofia Amalia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Guru PAUD

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Anchoring Bias" dalam Baju Lebaran, Hati-hati dengan Harga yang Anda Lihat

11 Mei 2021   08:12 Diperbarui: 11 Mei 2021   11:39 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga yang berbeda-dokpri

Sebentar lagi lebaran. Beli baju lebaran ahh...

Hmm, Coba cek Toko  A aja kali ya, biasanya banyak barang kekinian

New Arrival! Raya Dress Rp.300.000

Wahh, bagus banget bajunya, lucuuuu

Eumm, coba cek toko B dulu dehh

New Arrival Best Seller! Raya dress Rp.250.000

Gilaa!, murah bangetttt, bakalan nyesel kalau ga beli

(Setelah  membeli dan keluar dari Toko B)

Toko C:  New Arrival Best Seller! Raya dress Rp.200.000

Ahhh, ternyata ada yang lebih murah, hmmm, coba tadi masuk ke toko ini.


Toko A sudah menjadi Jangkar (Anchor) dan buruknya kamu sudah tersangkut oleh jangkar tersebut.

Pernahkan kamu mengalami hal yang semacam ini? Atau ini terjadi pada kamu ketika membeli baju lebaran untuk Hari Raya nanti? Kalau yang udah terlanjur beli, ada sedikit rasa menyesal bukan? Baju incaranmu dengan model yang sama, ternyata ada yang dijual dengan harga yang jauh lebih murah. Buat kamu yang belum beli, mungkin artikel ini bisa menjadi sebuah tips.

Harga yang berbeda-dokpri
Harga yang berbeda-dokpri
Ketika kamu masuk ke Toko A, kamu terpikat dengan sebuah dress, harganya Rp.300.000. Mungkin harga itu terlalu mahal untukmu. Namun tanpa kamu sadari, harga dress incaranmu di toko A sudah menjadi Jangkar (Anchor) dan buruknya kamu sudah tersangkut oleh jangkar tersebut.

Kamu masuk ke Toko B, dress dengan model yang sama dijual dengan harga Rp.250.000. Efek jangkar dari harga di Toko A, membuat kamu merasa Rp.250.000 sudah sangatlah murah. Dan kamu buru-buru membeli dress incaranmu.

Pada akhirnya kamu menyesal, karena di toko sebelah, dress incaranmu dijual dengan harga yang lebih murah. Atau kamu akan tetap merasa Rp.250.000 adalah harga yang murah, jika kamu tidak melihat harga di Toko C.

Efek Jangkar juga terjadi ketika kamu melakukan proses tawar menawar

Sedikit cerita. Ketika saya kecil, di momen mendekati hari raya, saya pasti diajak Ibu untuk membeli baju baru. Bukan mak-emak namanya kalau gak nawar. Namun Ibu saya terlalu sadis. Misalnya baju yang hargannya Rp.100.000, tawaran pertama langsung setengah harga, Rp.50.000 ya? Jujur saya geleng-geleng dengan jurus tawar menawar Ibu saya. Semakin dewasa, tradisi beli baju baru sudah mulai memudar. Namun, jurus sadis tadi tentu masih digunakan Ibu saya. Tidak tanggung-tanggung, ternyata jurus sadis ini tertular sampai ke kakak sepupu saya.

Kembali lagi ke Efek Jangkar (Anchoring Bias). Mari kita simak dua kasus tawar menawar di bawah ini.

Kasus pertama. Sumarni akan membeli sebuah dress di Toko Cempaka.

Sumarni: Dress ini harganya berapa ya mbak?

Sales: Harganya Rp.150.000 Bu.

Sumarni: Bisa ditawar?

Sales: Tentu, boleh Bu.

Sumarni: Kalau Rp.130.000, bisa gak mbak?

Sales Karena toko kami hari ini sedang banyak pengunjung, untuk ibu, gapapa deh Rp.130.000 aja.

Sumarni: Wahh, Makasih ya mbak.

Kasus kedua. Sunarti akan membeli sebuah dress (model yang sama dengan yang dibeli Sumarni) di Toko Cendana. (Sunarti dan Sumarni tidak saling kenal)

Sunarti: Dress ini harganya berapa ya mbak?

Sales: Harganya Rp.130.000 Bu.

Sunarti: Bisa ditawar?

Sales: Tentu, boleh Bu.

Sunarti: Kalau Rp.100.000, bisa gak mbak?

Sales: Boleh Bu.

Sunarti: Wahh, Makasih ya mbak.

Dari dua kasus di atas, seharusnya Sumarni bisa membayar harga yang lebih murah dari harga yang telah ia bayar. Harga awal dress menciptkan efek jangkar, dan Sumarni terpengaruh. Menganggap Rp.150.000 adalah harga yang normal dan harga yang ditawarnya sudah didianggap murah. Seandainya Sumarni menggunakan jurus sadis Ibu saya, karena bisa jadi harga normal dress tersebut jauh lebih murah dari Rp.150.000. Atau Sumarni bisa melihat-lihat dulu, siapa tau akan menemukan harga yang sama dengan yang dibayar oleh Sunarti, atau mungkin yang lebih murah dari itu.

Perbedaan harga-dokpri
Perbedaan harga-dokpri
Kira-kira seperti itulah gambaran sederhana dari Anchoring Bias, dimana informasi pertama yang kamu temui atau ketahui mempengaruhi apa yang kamu lihat atau dengar setelahnya. Tentu hal ini sangat mempengaruhi seseorang ketika mengambil sebuah keputusan. Anchoring Bias ini salah satu jenis dari Cognitive Bias (Kesalahan pengambilan keputusan karena pembingkaian informasi yng keliru). Selain Anchoring Bias, masih banyak lagi jenis Cognitive Bias yang mungkin akan saya ulas di artikel-artikel selanjutnya.

Sebelum mengakhiri artikel ini, mungkin kita bisa menyimpulkan hal yang bisa kita lakukan agar menjauhkan kita dari pengaruh Anchoring Bias. Hal itu adalah mencari tahu sebelum berbelanja. Di zaman digital seperti sekarang ini, kamu bisa membandingkan harga barang yang ada di aplikasi berbelanja online. Kamu tinggal mencari barang yang ingin kamu beli, maka akan muncul dengan harga yang variatif. Kamu bisa mencari barang yang kamu inginkan dengan harga yang wajar, mungkin kamu bisa menemukan yang lebih murah atau menggunakan jurus nego sadis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun