Seorang ayah pernah bertanya kepada kepala sekolah, kira-kira apa karir yang bisa dipertimbangkan untuk masa depan anak saya? Sebagian besar siswa menceritakan kepada gurunya, bahwa putra dari seorang ayah tersebut adalah anak yang pemalas, terganggu, dan tidak bisa mengingat apapun. Kepala sekolah pun menjawab, tidak peduli dengan apa yang anakmu lakukan, dia tidak akan berarti apa-apa. Nama ayah itu adalah Herman, dan anaknya yang pemalas dan terganggu tadi adalah Albert Einstein.
Kira-kira seperti itulah kutipan dari perkataan Josh Shipp, seorang Education Speaker, ketika menjadi pembicara di TEDx Talks. Latar pada kisah Einstein kecil dalam kutipan tadi, kurang lebih terjadi pada tahun 1895.
Sebelumnya izinkan saya bercerita, beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah cuitan menarik di Twitter, cuitan tersebut berasal dari seorang mahasiswa yang ditujukan untuk guru bahasa inggrisnya semasa SMA,
"Untuk guru bahsa inggris yang dulu selalu ngeremehin gw, sorry ya bu, sekarang score IELST saya di atas 5.5 "
Jarak waktu antara kisah einstein kecil dan seorang mahasiswa tadi terbilang cukup lama, hampir satu setengah abad lamanya. Akan tetapi hal yang sama terus terjadi, dan saya rasa pembaca sekalian juga menemukan kejadian semacam ini.
Tidak semua anak seperti Einstein atau mahasiswa tadi, walau "diremehkan" mereka tidak peduli dan terus mengasah bakat mereka. Jika hal yang sama terjadi pada anak-anak lainnya, tentu tidak semuanya akan seperti Einsten.Â
Tidak sedikit dari mereka yang merasa tidak nyaman, pesimis, atau yang oleh anak muda jaman sekarang menyebutnya sebagai Insecure. Dampaknya, anak tidak termotivasi untuk terus mengasah bakat mereka, dan tentunya akan menimbulkan efek jangka panjang.
Mari bersama-sama kita memberikan ucapan-ucapan positif untuk mendorong mereka terus mengasah bakat yang mereka miliki. Â Karena dari kisah tadi, saya pribadi sangat merasa tertegur, dan harapan saya kita semua semakin sadar mengenai dampak lingkungan terhadap masa depan anak.Â
Untuk itu, saya mengajak pembaca sekalian untuk sama-sama mempelajari bagaimana bakat dan kreativitas anak berkembang, sebelumnya, mari kita pahami terlebih dahulu mengenai konsep awal perkembangan kognitif anak.