Memiliki anak yang jenius dengan kemampuan seperti seorang profesor? Orang tua mana yang tidak mau?
Jika sekilas menonton film ini, pasti yang diharapkan oleh semua orang tua adalah agar anaknya bisa seperti Mary (Mckenna Grace), seorang anak dengan kemampuan matematika yang bisa dikatakan setara dengan seorang profesor.Â
Gadis yang berusia 7 tahun tersebut, tinggal bersama pamannya Frank (Chris Evans) yang hanya seorang tukang yang mempebaiki perahu di pelabuhan sekitar tempat tinggal mereka. Hal tersebut dikarenakan ibunya telaha meninggal dunia sejak Mary masih bayi, dan ayahnya-pun tidak tahu kemana.
Ibu Mary adalah seorang ahli matematika yang menjadi profesor di usia yang masih sangat muda. Begitupun dengan neneknya Evelyn yang masih hidup, yang juga merupakan seorang ahli matematika. Sepertinya kemampuan ibu  dan neneknya diturunkan kepada Mary.
Dibandingkan dengan pamannya, nenek Mary memiliki kehidupan yang sangat tercukupi. Ia selalu memberikan hadiah-hadiah mahal dan buku-buku matematika pada Mary, dan juga sangat menyayanginya.
Dikarenakan hanya berinteraksi dengan pamannya dan tetangganya Roberta yang notabene merupakan orang dewasa, pamannyapun memutuskan untuk menyekolahkan Mary agar ia mendapatkan pengelaman dan teman-teman baru atau mendapatkan kehidupan sosial yang baik.
Ketika awal masuk sekolah Mary sangat merasa tidak nyaman, dikarenakan ia belum terbiasa. Selain itu ia merasa aneh karena yang dipelajari adalah penjumlahan dan pengurangan, sedangkan dirinya sudah menguasai al-Jabar, turunan, Diferensial, dan rumus matematika sulit lainnya.
Agar masa kecil Mary tidak disita dengan hanya mengerjakan soal-soal matematika, pamannyapun mengajak Mary bermain dan bergabung dengan anak-anak seusianya.
Hingga suatu hari paman dan neneknya mempermasalah hak asuh Mary. Neneknya merasa bahwa Mary sebaiknya tinggal bersamanya. Agar Mary mendapatkan hidup yang baik. Namun, pamannya tetap bersih keras agar Mary tetap tinggal bersamanya, walaupun dengan fasilitas yang terbatas.
Menurut kalian, manakah yang paling bagus? Bersama nenek atau tetap bersama paman?
Sebelum menentukan mana yang paling bagus, saya akan menceritakan bagaimana perasaan Mary ketika ia tinggal bersama sang nenek dalam beberapa hari.
Hal yang sangat tidak diduga, memang sang nenek memiliki kehidupan yang sangat berkecukupan. Namun, neneknya mengambil kesempatan agar Mary mempelajari matematika sepanjang hari. Ketika Mary ingin bermain, neneknya selalu membatasi dan tetap menyuruh Mary agar tetap belajar.Â
Hal tersebut dikarenakan nenek Mary ingin ia menjadi profesor matematika seperti ibunya dan menyelesaikan sebuah permasalahan dalam matematika yang belum terpecahkan sampai sekarang ini.
Dengan sikap neneknya yang seperti itu, Mary merasa terlalu diatur sehingga tidak ada waktu bermain baginya. Padahal seperti artikel  saya sebelumnya , bermain adalah hak setiap anak.
Dari sikap nenek Mary tersebut, sangat jelas menunjukan bahwa ia bukanlah orang yang sesuai untuk mengasuh Mary. Ia tidak memikirkan kebahagian cucunya, dan mengeksploitasi kemampuan cucunya untuk masalah yang belum dipecahkan. Hal tersebut sangatlah menyita masa kana-kanak Mary.
Lalu apakah pamannya adalah orang yang sesuai? Jika dilihat dari segi finansial memang, paman Mary merupakan orang yang biasa saja. Namun, pamannya sangat memikirkan masa depan Mary, agar Mary tidak bernasib sama dengan ibunya. Ia sangat memikirkan perkembangan sosial dan berusaha agar Mary memiliki banyak teman seperi anak-anak seusianya.
Apakah perkembangan sosial lebih penting daripada menguasai Matematika?
Dua-duanya merupakan hal yang sama penting. Namun, bila dilihat dari usia Mary yang masih kanak-kanak seharusnya ia diasuh dengan benar berdasarkan usianya jika tidak, nasibnya malah sama dengan ibunya (kematian ibunya yang akan dijelaskan dibawah).
Lalu, seberapa pentingkah perkembangan sosial bagi anak?
Kebanyakan yang terjadi sekarang, kebanyakan dari orang tua sangat memprioritaskan perkembangan akademik anak mereka. Namun, tahukah anda? Beberapa penelitian membuktikan bahwa anak dengan keterampilan sosial emosional yang baik memiliki peluang untuk menjadi sukses, baik secara sosial dan akademis.
Selain itu menurut pengamatan yang dilakukan oleh Jones, Greenberg & Crowley (2015) anak yang memiliki perkembangan sosial emosional yan baik sejak kanak-kanak akan mendapatkan banyak keberhasilan seperti keberhasilan dalam pendidikan (akademis), keberhasilan dalam karir, dan keberhasilan-keberhasilan lain dalam hidup (seperti hampir tidak pernah berurusan dengan polisi)
Selain itu anak dengan keterampilan sosial yang baik, mampu bertahan pada tugas-tugas yang menantang, tidak sungkan untuk mencari bantuan ketika dibutuhkan, dan bijaksana dalam melakukan tindakan.
Misteri kematian ibu Mary, yang merupakan seorang ahli Matematika
Sama seperti Mary, ibunya-pun merasakan hal yang sama ketika diasuh oleh nenek Mary (Evelyn). Ibunya tidak memiliki teman, tidak merasakan kehidupan yang normal, dan sangat dijauhkan dari dunia luar. Hari-harinya hanya dihabiskan untuk belajar matematika. Dan pastinya ia terus diatur oleh ibunya (nenek Mary [Evelyn]).
Hingga suatu hari ia melahirkan Mary dan menitipkan kepada saudaranya (paman Mary [Frank]) dan keberadaan ayah Mary tidak tahu dimana. Ia berharap agar Mary diasuh oleh Frank dan Mary memiliki kehidupan sosial yang lebih baik darinya, memiliki kehidupan yang normal dan memiliki banyak teman.
Setelah melahirkan Mary, beberapa bulan kemudian ia memutuskan untuk bunuh diri. Hal tersebut dikarenakan dipresi yang dialaminya sejak dulu karena asuhan seorang ibu yang selalu mengatur dan membatasi secara berlebihan.
Atas kematian sang ibu, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya Mary diasuh oleh pamannya.
Untuk lebih memahami, teman-teman bisa langsung nonton filmnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H