Sebelum menentukan mana yang paling bagus, saya akan menceritakan bagaimana perasaan Mary ketika ia tinggal bersama sang nenek dalam beberapa hari.
Hal yang sangat tidak diduga, memang sang nenek memiliki kehidupan yang sangat berkecukupan. Namun, neneknya mengambil kesempatan agar Mary mempelajari matematika sepanjang hari. Ketika Mary ingin bermain, neneknya selalu membatasi dan tetap menyuruh Mary agar tetap belajar.Â
Hal tersebut dikarenakan nenek Mary ingin ia menjadi profesor matematika seperti ibunya dan menyelesaikan sebuah permasalahan dalam matematika yang belum terpecahkan sampai sekarang ini.
Dengan sikap neneknya yang seperti itu, Mary merasa terlalu diatur sehingga tidak ada waktu bermain baginya. Padahal seperti artikel  saya sebelumnya , bermain adalah hak setiap anak.
Dari sikap nenek Mary tersebut, sangat jelas menunjukan bahwa ia bukanlah orang yang sesuai untuk mengasuh Mary. Ia tidak memikirkan kebahagian cucunya, dan mengeksploitasi kemampuan cucunya untuk masalah yang belum dipecahkan. Hal tersebut sangatlah menyita masa kana-kanak Mary.
Lalu apakah pamannya adalah orang yang sesuai? Jika dilihat dari segi finansial memang, paman Mary merupakan orang yang biasa saja. Namun, pamannya sangat memikirkan masa depan Mary, agar Mary tidak bernasib sama dengan ibunya. Ia sangat memikirkan perkembangan sosial dan berusaha agar Mary memiliki banyak teman seperi anak-anak seusianya.
Apakah perkembangan sosial lebih penting daripada menguasai Matematika?
Dua-duanya merupakan hal yang sama penting. Namun, bila dilihat dari usia Mary yang masih kanak-kanak seharusnya ia diasuh dengan benar berdasarkan usianya jika tidak, nasibnya malah sama dengan ibunya (kematian ibunya yang akan dijelaskan dibawah).
Lalu, seberapa pentingkah perkembangan sosial bagi anak?