Jika ingin melaporkan ke pihak berwajib bukankah akan terlihat aneh dan menggiring opini publik? Kalau hubungannya adalah sepasang kekasih, bukankah tidak asing dan tidak masalah jika keduanya setuju berhubungan sex? Tidak mungkin antar kekasih ada paksaan, bukan?
Nah, kasus ini akan sangat sulit sebetulnya. Jika mendengarkan posisi pelaku pasti ia mempunyai alibi kuat dengan mengatakan, "dia kan pacar saya, hal ini sudah biasa dilakukan oleh orang yang pacaran. Kami melakukannya karena mau sama mau."
Bagaimana, tuh?
Saya jadi teringat dengan salah satu Drakor yang berjudul Law School. Pada drakor hebat yang bertemakan hukum tersebut juga menyinggung soal pelecehan seksual yang dia alami oleh salah satu mahasiswi Profesor Yang yang bernama Yeseul. Ia dilecehkan oleh kekasihnya sendiri. Mendapat kekerasan seksual, dan ancaman verbal bahwa ia akan menyebarkan video Sex yang mereka lakukan, jika Yeseul tidak melakukan apa yang diinginkan oleh kekasihnya. Yeseul melawan hingga menyebabkan kekasihnya mengalami kecelakaan yang cukup parah. Kasus ini sangat pelik. Namun, tetap saja sampai pada titik terang. Yeseul dinyatakan tidak bersalah.
Tidak sepantasnya, sosok yang me
lahirkan peradapan menjadi objek sex. Sesekali kita harus menjadi sosok Maeve yang tanpa takut memberi pelajaran terhadap pelaku pelecehan. Kini, tidak ada lagi alasan untuk perempuan takut terhadap pelaku pelecehan.ÂPelaku pelecehan yang seharusnya tahu dimana tempatnya. Jangan asal menunjukkan kelamin dimana-mana, bukan hanya wanita yang harus mengenal rasa malu. Laki-laki pun harusnya begitu.Â
Terima kasih Sex Education, selain mengajarkan edukasi tentang sex, serial ini juga menyuarakan isi hati korban pelecehan. Terima kasih, Netflix, sudah memberi tempat untuk penayangan serial bagus ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H