Mohon tunggu...
Sofhian Fazrin
Sofhian Fazrin Mohon Tunggu... -

Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk Indonesia dengan cara Indonesia. Penjelajah dunia IT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka

25 Desember 2013   18:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrohmanirrohim Setiap tanggal 17 Agustus, tiap jiwa di negeri ini merayakan hari Kemerdekaan (bangsa indonesia), bukan kemerdekaan Republik Indonesia, namun setiap tanggal itu pula, sering muncul pertanyaan, Benarkah Indonesia telah merdeka?, ah beragam jawaban dapat saja bermunculan, dengan beragam indikator yang semaunya. Indikator yang paling valid dan reliabel dapat saya katakan adalah Pancasila, ya, Pancasila. Alasannya? setelah Bangsa indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, bangsa ini perlu dasar untuk merdeka, dasar yang akan digunakan sebagai indikator kemerdekaan bangsa. Pancasila adalah wujud yang lebih luas dari visi bangsa indonesia yaitu Komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat, Pancasila juga merupakan keyakinan standar bangsa, titik temu antara tangga hidayah menurun dari Allah dan tangga menaik ikhtiar bangsa, darinya keyakinan akan Pancasila tersebut lahirlah nilai (UUD 45) dan norma hukum (UU, Perpu, Perda). Seperti yang kita hapal semua, atau masih ada yang sudah lupa, Pancasila memiliki 5 indikator kemerdekaan bangsa indonesia, sebagai berikut:

  1. Bangsa ini dikatakan merdeka apabila orang-orangnya sudah berTuhankan yang Esa, yang tunggal, tidak beranak dan tidak diperanakan, kepadaNya segala bergantung.
  2. Bangsa ini dikatakan merdeka apabila orang-orangnya berpihak pada sesuatu yang adil dan beradab, bukan kepada yang tidak adil dan biadab.
  3. Bangsa ini dikatakan merdeka apabila orang-orangnya senantiasa menjunjung persatuan. Kita tadinya bersuku-suku, kemudian disatukan menjadi bangsa melalui Sumpah Pemuda.
  4. Bangsa ini dikatakan merdeka apabila orang-orangnya senantiasa bermusyawarah dan bermufakat dari tingkatan keluarga sampai ke pemerintah, bergotong-royong, dan menyerahkan sesuatu kepada yang memiliki hikmah (ilmu) sebagai wakilnya.
  5. Bangsa ini dikatakan merdeka apabila keadilan sosial sudah terwujud, tanpa ada kecualinya.

Itulah indikator kemerdekaan kita, meskipun secara Pemerintahan kita sudah merdeka. Lalu, bagaimana dengan kondisi sekarang? Bangsa ini berjalan menjauhi arah kemerdekaan, bukan mendekati. Buktinya?

  1. Semakin menjauhnya manusia indonesia dari Tuhan yang Esa. Uang, jabatan dan kekuasaan dipertuhankan.
  2. Kepercayaan terhadap penegakan hukum di negeri ini, sudah memudar. Istilah Karni Ilyas, ketika yang mengawasi sama saja dengan yang diawasi, hilanglah kepercayaan akan lembaga negara tersebut, ambil contoh Mahkamah Konstitusi. Dan sebuah lirik lagu mencerminkan ketidakadilan ini ,Maling-maling kecil dihakimi, maling-maling besar dilindungi. Bagaimana dengan adab? etika dan moral di negeri ini berjalan kearah kehancuran. Moralitas tanpa batas berkumandang, etika ke-timuran rembuk dengan etika yang berlawanan. Padahal etika dan moral adalah dasar apabila krisis-krisis di negeri ini (13 krisis dalam 9 lapis) ingin tuntas, etika dan moral adalah akar dari krisis-krisis bangsa ini.
  3. Persatuan? hari ini, berkat otonomi daerah, melahirkan raja-raja kecil, daerah ingin menguasai sumber daya strategis. Sentimen kedaerahan sudah mulai terasa, pada akhirnya daerah-daerah akan minta merdeka, dan beruntunglah disintegrasi bangsa tidak terwujud, setidaknya sampai hari ini. Organisasi, LSM, Parpol, Ormas, Komisi-komisi banyak bermunculan, padahal ini adalah strategi Zionis untuk menghancurkan sutau bangsa, setidaknya menurut Ahli perbandingan agama, dari Majelis Tabligh PP Muhammadiyah asli Surabaya, Yohanes Salim. Sentimen antar kelompok/organisasi/ormas semakin meningkat, termasuk di kalangan Mahasiswa. Saya katakan, kita hanya punya satu Organisasi, yaitu NKRI.
  4. Musyawarah mufakat sudah hilang dari sistem pemilihan pemimpin kita, pemimpin lembaga negara. Dalam UUD 45 yang asli, pemilihan pemimpin adalah dengan cara musyawarah mufakat (seperti yang dicontohkan oleh Khulafaur Rosyidin), yang diwakilkan kepada orang-orang yang berhikmah dan bijaksana, dengan begitu, yang dinilai adalah isi dari pikiran tiap-tiap orang yang berilmu, bukan jumlah kepala. Orang bodoh dan berilmu, disamakan suaranya, satu suara, itulah Demokrasi yang sedang berjalan. Penempatan menteri-menteri juga, sebagiannya menempatkan orang yang tidak berhikmah pada bidangnya. Hal diatas juga terjadi di daerah-daerah kecil, pedesaan.
  5. Keadilan sosial? saya rasa semuanya sudah paham tentang yang satu ini, tidak perlu penjelasan lebih lanjut.

Jelaslah, bangsa ini berjalan menjauhi indikator kemerdekaan. Bangsa ini merdeka apabila Pancasila sudah terwujud. Solusi untuk pemasalah ini Kebenaran sejarah NKRI mencatat, tanggal 20 Mei 1908, Budi Utomo berdiri dengan pendidikan kebangsaannya, bersifat gratis dan informal, namun terbatas di wilayah Jawa-Madura. Kemudian tanggal 2 Mei 1920 disempurnakan dengan berdirinya Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara yang mencerdaskan pemuda-pemuda Nusantara (sekarang Malaysia, Filipina dan Indonesia), pemuda-pemuda itu menjadi penggerak yang menghantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Itu artinya, kunci dari kebangkitan Bangsa indonesia sekarang, adalah melalui Pendidikan Kepemimpinan, membangun jiwa-jiwa dan raga-raga yang berkarakter pemimpin, bukan penguasa. Mari kita sama-sama belajar, menggali ilmu para Founding Father, berdiskusi tanpa berdebat, Menyiapkan kita untuk sesuatu di masa depan, bukan menyiapkan sesuatu untuk kita di masa depan. Insyaallah saya siap untuk berbagi dan menerima ilmu. .Sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, tentulah Kami bukakan baginya (pintu) rahmat dari langit dan bumi... QS Al A'raaf. 96. Ya Allah ya Rahman, bimbinglah kami, luruskanlah kami, kami jiwa-jiwa yang haus akan terwujudnya negeri Madani, negeri yang dicontohkan oleh Orang-orang terdahulu kami yang Engkau beri Rahmat, bukan orang-orang terdahulu kami yang Engkau murkai. Sabda RasulMu, manusia akan tersesat apabila imunya bertambah tapi tidak diikuti dengan HidayahMu, Ya Allah yang Maha Kaya akan Ilmu, iringilah keilmuan kami dengan HidayahMu. Aamiin..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun