Ledakan tersebut juga menghancurkan sumber penyimpanan cadangan pangan negara. Yang artinya ancaman keamanan pangan di Lebanon sangat jelas nyata adanya. Ditambah lagi harga pangan di Lebanon naik drastis diakibatkan pintu masuk jalur perdagangan dan jalur pemasok makanan hancur akibat ledakan tersebut yang berakibat masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ledakan ini semakin memperburuk situasi yang tengah terjadi di Lebanon.
Tidak hanya dari faktor internal saja, inflasi yang terjadi di Lebanon juga berasal dari faktor eksternal salah satunya invasi Rusia ke Ukraina. Lonjakan harga pangan ini sangat terasa dimana harga komoditas pasar perdagangan internasional melambung tinggo. Pasalnya Rusia dan Ukraina adalah pemasok komoditi pangan utama di dunia.Â
Sehingga efek invasi tersebut menyebabkan pasokan komoditi dari kedua negara tersebut mengalami kendala, padahal Lebanon merupakan salah satu negara yang ketergantungan terhadap sektor impor dalam pemenuhan kebutuhan negara. Inflasi melonjak tinggi mengakibatkan kenaikan harga pangan, disisi lain cadangan devisa yang dimiliki Lebanon terus mengalami penyusutan sehingga impor bahan pangan negara terancam.
Hal ini tentunya menyebabkan krisis ekonomi ditambah banyakya hutang Lebanon yang diperkirakan 150% dari total pendapatan negara yang mengakibatkan bank sentral meminjam uang ke bank bank komersial yang dengan konsekuensi bunga di atas pasar yang bertujuan untuk melunasi hutang dan memperbaiki sistem ekonomi.Â
Namun Lebanon gagal dalam pelunasan hutang senilai 90 miliar dolar AS yang berakibat rasio hutang naik 170 persen terhadap PDB, dan pertumbuhan PDB rill menyusut sebanyak 20,3 persen hingga inflasi menyentuh angka tiga digit, perbankan gulung tikar, mata uang Lira mengalami kemrosotan sebesar 81 persen.Â
Hal ini membuat cadangan mata uang asing ludes dan diperkirakan negara tidak dapat membayar biaya impor. Pasalnya bank secara signifikan kekurangan dolar. Akibatnya, bank bank memberlakukan pembatasan ekstrim pada sistem penarikan agar masyarakat tidak mengakses dana yang mereka miliki. Situasi ini mengakibatkan semua sektor ekonomi terganggu, yang tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap ketersediaan dan kestabilan pangan.
Dampak yang ditimbulkan dari hal ini adalah meledaknya angka pengangguran dan kemiskinan, harga tiap komoditi pangan meningkat drastis hingga kondisi ini mendorong masyarakat menuju jurang kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Lebanon setiap tahunnya mengalami peningkatan, misalnya pada tahun 2019 kemiskinan penduduk meningkat dari 28 persen menjai 55 persen di tahun 2020.Â
Hingga kebutuhan seperti listrik, air, sanitasi pun pemerintah tidak mampu mengendalikan krisis ekonomi. ditambah lagi perang Suriah yang menyebabkan banyaknya pengungsi yang berdatangan ke Lebanon menyebabkan terpuruknya sistem perekonomian. Hal ini dibuktikan dengan mengecilnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat asli Lebanon dan persaingan yang ditimbulkan dalam hal mendapatkan pekerjaan dan seringkali menimbulkan konflik.Â
Keberadaan pandemi covid 19 juga semakin memperburuk kondisi ekonomi. Dimana peran petugas kesehatan harus dihadapi dengan minimnya pasokan medis. Sehingga kapasitas sektor kesehatan di Lebanon berada di bawah tekanan, hal ini juga efek dari angka inflasi yang melonjak tinggi sehingga menyebabkan kenaikan harga obat obatan. Kejadian ini tentunya memperburuk kondisi yang ada di Lebanon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H