Mohon tunggu...
Soetrisno Bachir
Soetrisno Bachir Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Pekalongan dari keluarga pedagang batik. Bapak yang NU dan Ibu yang Muhammadiyah. Menjadi manusia dan menjalani hidup adalah sebuah proses pencarian tujuan utama yang bernama Tuhan. Mudah-mudahan segala aktivitas yang saya jalani sekarang dan yang akan datang, selalu masih dalam kerangka proses pencarian itu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menegakkan Indonesia dari Daerah

31 Desember 2010   01:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Diakhir tahun 2010 ini, saatnya kita semua sebagai bagian dari bangsa Indonesia merenung, memikirkan apa yang sudah kita perbuat dan apa yang akan kita perbuat di tahun 2011. Begitu banyak permasalahan bangsa yang mesti kita hadapi dan kita selesaikan.

Untuk mengelola bangsa sebesar Indonesia ini memang tidak mudah. Siapapun pemimpinnya akan menghadapi tantangan yang berat. Dengan segudang persoalan. Jumlah wilayah yang besar yang tersebar mulai Sabang sampai Merauke dan beragam suku budaya menjadikan Indonesia sebagai Negara besar sekaligus kompleks. Namun bukan berarti kompleksitas tersebut tidak bisa disederhanakan untuk diurai dan diatasi.

Untuk mendapatkan hasil yang luar biasa perlu cara yang tidak biasa juga. Inilah nasehat bijak yang sering kita dengar. Cara yang tidak biasa inilah yang bangsa Indonesia perlukan. Cara-cara mengurai persoalan bangsa yang selama ini digunakan apabila tidak terbukti membawa perbaikan yang signifikan perlu ditambah dengan cara-cara yang tidak biasa.Sederhana saja. Dengan bangsa sebesar Indonesia ini Presiden sebaiknya mulai fokus memikirkan bagaimana memajukan daerah. Pandangan Jakarta sentris harus dikesampingkan. Saat ini hampir semua tanggung jawab permasalahan bangsa ini mau diselesaikan oleh pemerintah pusat.

Belajar dari daerah

Pertanyaan saya apa pemerintah pusat mampu? Lebih dari 500 kabupaten itu jumlah yang tidak sedikit. Apa bisa tertangani karena sedemikian banyaknya masalah? Kenapa tidak menggunakan pola pendekatan baru? Dengan belajar dari kesuksesan beberapa daerah dalam membangun daerahnya masing-masing.

Setiap daerah punya masalah dan potensi yang berbeda. Kepala daerahlah yang mestinya tahu persis apa masalah di daerahnya sekaligus potensi yang dimilikinya. Memang betul, tidak semua kepala daerah mumpuni. Tidak semua cakap dalam memimpin daerahnya. Banyak juga kepala daerah yang masih berorientasi hanya pada kekuasaan dan kekayaan daripada pelayanan untuk kemaslahatan masyarakatnya. Namun bukan berarti kita tak punya pemimpin yang bagus. Tak sedikit kita mempunyai kepala daerah yang bervisi dalam membangun daerahnya. Sebut saja misalnya; mantan Bupati Lamongan, Pak Masfuk, Walikota Yogyakarta, Pak Herry Zudianto, Bupati Jembrana, Pak Profesor I Gede Winasa, atau Walikota Solo, Pak Joko Widodo dan beberapa daerah lainnya.

Para pemimpin daerah ini sukses menjadikan daerahnya maju karena menggunakan cara-cara yang tidak biasa. Mulai dengan menggunakan pendekatan gaya entrepreneur yaitu memimpin daerahnya seperti laiknya memimpin perusahaan yang menekankan pada aspek pelayanan hingga penerapan teknologi informasi yang advance yang pemerintahan di Jakarta pun belum menerapkannya. Para pemimpin daerah ini sering menyederhanakan birokrasi yang kerap menghambat dalam membuat keputusan. Mereka pemimpin yang egaliter dan tidak berjarak dengan siapa saja termasuk dengan rakyatnya. Serta tak alergi menerima masukan sekaligus kritikan. Mereka bergerak sendiri-sendiri tanpa banyak bergantung kepada pemerintah pusat. Menemukan potensi daerahnya, menerapkan good governance dan berhasil ‘menjual’ daerahnya menjadi tujuan investor. Akibatnya daerah yang dipimpinnya banyak mengoleksi beragam penghargaan. Namun bukan semata-mata itu tujuannya. Ini lebih pada pemimpin yang mempunyai totalitas membangun daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan pendudukanya sehingga ketika mereka ikut maju lagi pada pemilihan kepala daerah yang berikutnya rata-rata mereka menang mutlak meraih suara mayoritas. Ini menandakan bahwa masyarakat puas dengan kepemimpinanya karena daerahnya menjadi lebih maju dan lebih baik.

Kesuksesan para kepala daerah dalam memajukan daerahnya bisa menjadi inspirasi buat Presiden dalammembangun bangsa ini. Pendekatan pembangunan yang selama ini dari pusat ke daerah bisa diubah sebaliknya, pembangunan dimulai dari daerah. Kalau daerah mulai banyak yang makmur, bangsa ini pelan tapi pasti akan menjadi bangsa yang lebih maju. Itulah sebabnya dulu kenapa saya ketika menjadi ketua PAN saya kampanye “1 milyar satu desa” tujuannya adalah untuk memakmurkan daerah. Rupanya jargon “1 milyar satu desa” ini sekarang dipakai kampanye oleh partai pohon beringin. Silahkan saja, kalau itu memang untuk kebaikan masyarakat.

Tim Presiden

Presiden bersama timnya bisa mengawali pendekatan yang saya sebut Model Pembangunan dari Daerah ini dengan mengumpulkan para kepala daerah di sekitar kabupaten atau kotamadya yang berhasil. Misalnya; Presiden mengundang para kepala daerah di sekitar Kabupaten Lamongan. Kemudian Presiden minta kepada Pak Masfuk mantan Bupati Lamongan untuk presentasi tentang pembangunan Lamongan. Apa kuci suksesnya? Kepala daerah yang lain bisa belajar dari kesuksesan dan kegagalan Pak Masfuk dalam mengembangkan Kabupaten Lamongan. Kemudian Presiden minta kepala daerah yang lain yang hadir dalam forum tersebut untuk membuat prioritas program kerja masing-masing daerahnya. Dan yang tak kalah penting para kepala daerah yang lain jangan malu-malu untuk belajar dan bertanya pada kepala daerah yang berhasil.

Berikutnya hal yang sama bisa dilakukan dengan para kepala daerah di sekitar Kabupaten Jembrana. Presiden mengundang mereka untuk melihat presentasi keberhasilan Pak Profesor I Gede Winasa dalam memajukan Kabupaten Jembrana. Demikian selanjutnya, pola seperti ini bisa diduplikasi dilakukan terhadap daerah lain seperti Solo, Yogyakarta maupun daerah-daerah lainnya. Tim yang Presiden bentuk bisa memantau perkembangan pembangunan dari masing-masing daerah pasca pertemuan tersebut. Apabila Presiden fokus dengan pola pendekatan Model Pembangunan dari Daerah ini, selama sisa masa jabatannya, tentu akan membawa dampak yang luar biasa terhadap kemajuan daerah. Dan apabila daerah maju, beban pemerintah pusat (negara) dalam mengatasi masalah akan terkurangi secara signifikan.

Cara sederhana seperti ini mungkin tidak dianggap canggih oleh para intelektual atau ekonom lulusan luar negeri. Namun cara sederhana ini telah terbukti memajukan daerah seperti Lamongan, Jembrana, Solo, maupun Jogjakarta. Pertanyaan saya, kenapa kita mesti susah-susah mencari contoh best practices kalau diantara sekian daerah kabupaten maupun kotamadya kita ternyata berhasil mengatasi masalah di daerahnya sendiri dengan cara yang cerdas dan bijak. Dan cara sederhana yang tidak biasa untuk hasil luar biasa tersebut ternyata sudah dilakukan oleh para pemimpin daerah. Tak perlu malu kita belajar dari kearifan mereka.

Oleh: Soetrisno Bachir, Pendiri Yayasan Solusi Bangsa

artikel ini sudah dimuat di harian Kompas cetak hari ini Jumat, 31 Desember 2010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun