Atas dorongan ibunya, Pak Hasyim memutuskan mengungsikan Susan ke rumah mertuanya di kota lain.
Cahaya di Ujung Jalan
Di rumah neneknya, Susan mendapatkan ketenangan yang lama hilang. Neneknya adalah perempuan bijak yang memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan lurus. Suatu malam, sang nenek membacakan kata-kata yang menggugah hatinya:
"Seks bukan cinta. Berkencan bukan cinta. Berbicara sepanjang malam bukan cinta. Cinta adalah ketika seseorang melihat sisi terburukmu dan masih memilih untuk mencintaimu. Cinta adalah ketika seseorang menggenggammu saat kau menangis. Cinta bukan sekadar kata-kata, tetapi perbuatan."
Susan menangis mendengar itu. Selama ini, dia pikir dia mengenal cinta. Tapi ternyata, yang dia alami bukanlah cinta sejati.
Hari demi hari, Susan mulai bangkit. Dia memperdalam ibadahnya, menerima keadaannya, dan berjanji untuk memberikan hidup yang lebih baik untuk anak yang dikandungnya.
Saat melahirkan, Susan dikaruniai anak kembar. Mereka lahir tanpa nasab seorang ayah, tetapi mereka tetap suci.
Susan tidak ingin anak-anaknya tumbuh dengan rasa rendah diri.
Dia melanjutkan pendidikan lewat program Paket C hingga lulus SMA. Kemudian, dia kuliah di Universitas Terbuka sambil berjualan online untuk menghidupi anak-anaknya. Hidupnya tak mudah, tapi Allah memberinya kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, Susan berdiri di podium. Dia kini seorang penceramah yang disegani, sekaligus seorang pengacara. Dia membela mereka yang terpinggirkan, terutama perempuan yang pernah jatuh seperti dirinya.
KESIMPULAN
Cerita ini menggambarkan betapa kerasnya masyarakat dalam menghakimi seseorang yang jatuh dalam dosa, tanpa melihat akar permasalahannya. Kesalahan bukan hanya milik satu pihak. Andre yang lemah dan penuh tekanan akhirnya memilih jalan yang salah. Susan, yang akhirnya bangkit, membuktikan bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya.