Worklife  |  Menebar Ilmu, Menuai Berkah: Renungan Inspiratif di Tengah Kehidupan Modern
DikToko
(Soetiyastoko)
Pernahkah kalian merasa malas berbagi ilmu karena merasa ilmu-mu "Cuma segini-gininya aja"? Atau, ...
Mungkin ada yang takut berbagi karena khawatir akan kehilangan "keunikan" yang dimiliki? Kalau iya seperti itu, tenang saja, kalian tidak sendirian. Bahkan tokoh-tokoh besar zaman dulu pun pernah menghadapi dilema seperti itu. Tapi tunggu, jangan buru-buru keluar grup dulu!
Kisah berikut ini mungkin bisa menyadarkan kita semua, termasuk saya, si penulis yang kadang terlalu asyik scroll medsos daripada menulis hal bermanfaat.
Di sebuah desa kecil yang asri, ada seorang guru bernama Pak Wira. Beliau terkenal sebagai orang yang cerdas, penuh ide, dan... ya, sedikit pelit membagi ilmu.
"Ngapain ngajarin orang kalau ujung-ujungnya mereka jadi lebih hebat dari kita?", katanya suatu kali dengan wajah serius.
Para muridnya mengangguk, meski di dalam hati mereka tahu ada yang kurang tepat dengan logika itu.
Namun, semuanya berubah ketika Pak Wira bertemu dengan pencerahan ala ala.
Suatu sore, saat ia tengah asyik memandangi pohon mangga di pekarangan rumah, tetangganya, Pak Darto, datang sambil membawa sebuah kitab tua.
"Pak Wira, ada cerita menarik dari zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pernah dengar?"
Pak Wira, yang dikenal sok tahu, mengangguk dengan percaya diri meski dalam hati bergumam, "Umar siapa, nih?"
Pak Darto pun mulai bercerita.